
__ADS_3
Aditya menatap Zahra yang masih belum sadarkan diri dengan tatapan nanar penuh kesedihan, begitu juga dengan Fatimah istrinya yang setia mendampingi Zahra di samping tempat tidurnya.
Fatimah melihat Zahra dengan sesekali mengusap air mata di pipinya, dielusnya rambut putrinya dengan lembut.
Para polisi baru saja sampai, Doni yang sedari tadi diawasi oleh Erik dan teman temannya tidak bisa berkutik ketika polisi akan membawanya bersama mereka.
Tes DNA telah dilakukan di rumah sakit itu juga, butuh waktu kurang lebih 2 minggu untuk mengetahui hasilnya.
Setelah mengambil beberapa keterangan dari Aditya juga Dewi dan teman temannya, polisi bersiap akan membawa Doni.
"Kalau Zahra adalah anakku..aku akan mengambilnya darimu.." Ucap Doni tiba-tiba sebelum polisi membawanya.
Aditya menatap tajam Doni.
"Silahkan..kalau kamu bisa melakukannya.." Jawab Aditya sinis.
"Asal kamu tahu, aku sangat marah ketika Sherly memberitahuku bahwa aku mempunyai seorang anak hasil perselingkuhan, akan tetapi aku penasaran dengan sosok anak itu, jadi beberapa hari ini aku terus mengawasi Zahra, kamu tahu , aku langsung jatuh hati kepadanya, dan sekarang aku menginginkan Zahra.."
Aditya menghampiri Doni yang sudah diapit oleh beberapa polisi.
"Sudah kubilang, dia anakku dan sampai kapanpun dia anakku, tidak ada yang boleh mengambilnya dariku.." Jawab Aditya dengan sangat marah.
Aditya meminta polisi untuk segera membawa Doni pergi dari sana, dia takut akan kehilangan kendali kalau harus berlama-lama melihatnya apalagi mendengar perkataannya yang akan mengambil Zahra darinya.
Aditya memasuki ruangan Zahra, dia melihat istrinya Fatimah masih dengan posisi yang sama, menatap Zahra yang masih terbaring belum sadarkan diri.
Aditya menghampiri keduanya, dengan air mata yang ditahannya dia mengecup kening Zahra, mengusap halus rambutnya dan sekali lagi menciumnya.
Aditya menghampiri Fatimah, memeluk Fatimah yang terduduk, Fatimah membenamkan kepalanya di dada sang suami.
"Kenapa Sherly melakukan ini kepada anak kandungnya sendiri..?" Tanya Fatimah dengan lelehan air mata di pipinya.
"Aku pastikan dia akan membayar segala perbuatannya.." Jawab Aditya menahan marah.
SHERLY. Aditya tidak percaya kalau selama pernikahannya dengan Sherly, ternyata Sherly berselingkuh darinya, hingga akhirnya kini dia harus meragukan Zahra sebagai anak kandungnya sendiri.
Segala perbuatan Sherly kali ini tidak termaafkan, terlebih dia menyuruh orang untuk menyakiti Zahra. Aditya pastikan kali ini dia tidak akan membiarkan Sherly lolos, dia akan membuat Sherly meringkuk dalam penjara dalam waktu yang sangat lama.
Tak lama, Romi dan Ayu datang, mereka datang dengan wajah yang terlihat cemas dan panik.
Ayu menghambur memeluk Fatimah, mereka menangis bersamaan, Ayu menghampiri Zahra, dia menciumi gadis kecil itu beberapa kali.
Romi menghampiri Aditya, menepuk pundak sahabatnya memberinya kekuatan, Romi mengikuti Ayu, menciumi dan mengusap rambut Zahra.
"Bagaimana keadaannya..?" Tanya Ayu menangis.
Dia tidak menyangka gadis sekecil Zahra harus merasakan hantaman peluru di tubuhnya.
"Kata dokter, operasinya lancar, keadaannya sudah stabil, dia belum sadar karena pengaruh obat bius.." Fatimah menjelaskan.
__ADS_1
"Alhamdulillah.. syukurlah.."
Tak lama, beberapa ART mereka juga datang dengan deraian air mata di pipi mereka.
Mereka menghampiri Fatimah majikannya, memeluknya saling bergantian.
Mereka menangis melihat nona kecilnya terbaring di tempat tidur tidak sadarkan diri, satu persatu mereka menghampiri Zahra dan menciumnya.
Aditya mengajak Romi keluar ruangan.
"Sherly pelakunya, polisi sedang mengejarnya.." Ucap Aditya ketika Romi bertanya siapa pelakunya.
"Sherly..?"
"Bukankah kata loe dia tidak mempunyai apa apa lagi untuk melakukan sesuatu..?"
"Ada yang membantunya.."
"Siapa..?"
Aditya menceritakan semuanya perihal Doni, juga tentang tes DNA itu.
Bisa dibayangkan betapa kagetnya Romi, dia tidak menyangka Sherly telah melakukan perbuatan bejad dengan menyelingkuhi Aditya.
"Gue yakin Zahra anak loe.." Romi menyemangati Aditya.
Aditya mendesah.
"Zahra adalah hidup gue, belahan jiwa gue..rasa sayang gue gak akan hilang begitu saja walaupun ternyata dia buka anak kandung gue.."
"Loe tau..gue mencontoh Fatimah, dia sangat menyayangi Zahra, walaupun mereka tidak ada ikatan darah..itu juga yang akan gue lakukan..karena kasih sayang tidak sebatas hubungan darah.."
Romi mengangguk mengerti, karena dia adalah salah satu saksi hidup bagaimana Aditya, sahabatnya itu berubah drastis ketika Zahra lahir.
"Tapi tentu saja, gue sangat berharap Zahra adalah anak kandung gue..gue sangat mengharapkan itu.."
Di dalam ruangan.
Para ART bersiap untuk kembali, hanya bik Minah yang masih akan tetap tinggal dirumah sakit untuk menemani Fatimah, sementara yang lainnnya kembali karena Fatimah meminta mereka membawa segala kebutuhannya selama dirumah sakit.
Ayu dan Fatimah duduk bersampingan, Fatimah memegang tangan Zahra.
Sementara Bik Minah duduk di samping lain tempat tidur.
Tiba tiba mereka melihat Zahra membuka matanya perlahan.
"Zahra sayang..ini mama.." Ucap Fatimah menahan tangis.
"Mamah...mamah.." Zahra memanggil Fatimah, dia mengangkat kedua tangannya meminta Fatimah memeluknya.
__ADS_1
"Kamu jangan banyak bergerak sayang.." Fatimah memegang kedua tangan putrinya.
Ayu dan Bik Minah tak kalah senang mereka meneteskan air mata melihat Zahra yang kini sudah sadar.
"Mana Papa.." Tanya Zahra setelah melihat sekeliling tidak menemukan Aditya.
Ayu bangun dan keluar ruangan, dia memanggil Aditya yang sedang mengobrol dengan suaminya.
Aditya dan Romi setengah berlari mendengar Ayu yang berkata Zahra sudah siuman.
Aditya segera menghampiri Zahra.
"Ini papah sayang.." Aditya menciumi Zahra berkali kali.
"Papah..ini Zahra sakit.." Zahra menunjuk pundaknya.
Aditya berusaha tersenyum.
"Tahan ya sayang.. sebentar lagi sembuh.."
Zahra mengangguk dia memberikan senyuman kepada semuanya.
Semuanya bahagia melihat Zahra yang kini bisa tersenyum lagi.
Tiba tiba seseorang memasuki ruangan itu.
Semuanya melihat ke arahnya.
Sherly.
Sherly berdiri dengan wajah cemas.
"Bagaimana keadaan Zahra..?"
Fatimah menghampiri Sherly.
Plakkkkkkkk......
Fatimah menamparnya dengan sangat keras.
Sherly yang terkejut langsung memegang pipinya, dan melihat Fatimah dengan marah.
Plakkkkkkkk....
Fatimah kembali menampar pipi satunya dengan lebih keras.
"Kamu telah berani menyakiti anakku.."
Dan..
__ADS_1
Plakkkkkkkk...
Tamparan Fatimah kali ini membuat Sherly oleng dan tersungkur jatuh.
__ADS_2