
__ADS_3
Sherly jatuh tersungkur.
"Aku pastikan kamu akan mendapatkan balasan karena telah melukai anakku.." Ucap Fatimah dengan sangat marah.
Sherly yang mencoba berdiri, kaget ketika tiba tiba Romi menyeretnya keluar ruangan diikuti oleh Aditya dan Fatimah.
Ayu dan Bik Minah dengan sigap mengalihkan perhatian Zahra, sehingga dia tidak bisa melihat kedatangan Sherly dan Fatimah yang memukulnya.
Romi membawa Sherly keluar dengan setengah menyeretnya.
"Lepaskan aku.." Teriak Sherly mencoba melepaskan pegangan tangan Romi.
Romi melepaskannya dengan mendorong Sherly hingga terpental ke dinding.
"Apa yang kalian lakukan, kalian telah menyakitiku, aku akan laporkan kalian ke polisi.." Teriak Sherly dengan marah.
"Erik..telepon polisi sekarang.." Ucap Aditya melihat Sherly dengan mata yang memerah menahan amarah.
Erik dan Dewi yang sedari tadi berjaga diluar ruangan dengan segera menuruti perintah tuannya.
Sherly terkejut mendengar Aditya meminta seseorang untuk menelepon polisi.
"Aku hanya ingin melihat keadaan Zahra, aku dengar ada seseorang yang menembaknya.."
Aditya tersenyum sinis, dia menghampiri Sherly perlahan.
"Kamu benar, seseorang telah menyakiti Zahra, dan orang itu adalah kamu.." Ucap Aditya dengan terus mendekati Sherly.
"Apa maksudmu..? Aku tidak mungkin menyakiti anakku sendiri.." Sherly ketakutan dia mundur melihat Aditya yang terus berjalan kearahnya dengan sangat marah.
"Aku sudah mengetahui semuanya, lebih baik kamu jelaskan di kantor polisi, disana kamu akan bertemu dengan Doni.."
Sherly terhenyak mendengar Aditya menyebut nama Doni.
"Aku tidak mengerti, siapa Doni..?"
"Sudah kubilang aku sudah mengetahui semuanya.." Kali ini Aditya sudah sangat dekat dengan Sherly.
"Aku masih tidak mengerti.."
"Doni sudah menceritakan semuanya kepadaku, tentang kamu yang menyuruh orang untuk menembak Zahra.."
Sherly terdiam, kini dia tahu Doni telah mengkhianatinya.
"Dia bohong, aku tidak tahu apa-apa.."
Aditya kembali tersenyum sinis.
__ADS_1
"Katakan kepadaku..siapa ayah biologis dari Zahra..?"
Lagi lagi Sherly terhenyak kaget mendengar pertanyaan Aditya.
"Kamu gila..tentu saja kamu..siapa lagi..?" Jawab Sherly ketakutan.
"Jangan berbohong lagi.."Teriak Aditya membuat Sherly semakin ketakutan.
"Aku tidak menyangka kamu melakukan ini kepadaku Sherly, perselingkuhan kamu dan Doni aku sudah mengetahuinya, kamu wanita terkutuk. Dan apa tidak cukup kamu menelantarkan Zahra dari kecil, sekarang kamu menyuruh orang untuk menyakitinya.."
"Apa dosa Zahra kepadamu, sehingga kamu terus membuatnya menderita..?"
Sherly kini tidak bisa berbuat apa apa, dia tidak bisa lagi mengelak.
"Kamu benar, aku telah berselingkuh dengan Doni, tapi menyakiti Zahra, aku tidak berniat melakukannya, aku hanya menyuruh orang untuk menyakiti Fatimah, bukan Zahra.." Teriak Sherly sembari menunjuk Fatimah.
"Aku bahkan tidak menyangka mereka menembak Zahra.." Kali ini Sherly seperti seakan hendak menangis.
"Jelaskan semuanya di kantor polisi, aku akan pastikan kamu akan membusuk lama di penjara.."
Sherly menunduk pasrah.
Fatimah menghampiri Sherly.
"Luka bekas tembakan itu akan berbekas seumur hidupnya, bagaimana perasaannya setiap kali dia melihat luka itu dan mengetahui bahwa ibu kandungnya yang menyebabkan luka itu.."
"Semua itu gara gara kamu..kamu telah menghancurkan hidupku, seandainya kamu tidak ada, semua ini tidak akan terjadi, aku pasti sudah kembali bersama Aditya dan Zahra.."
"Kami pasti sudah hidup bahagia.." Sherly menangis.
Tak lama beberapa polisi datang, Romi langsung menyuruh mereka untuk membawa Sherly.
Sherly pasrah ketika tangannya diborgol oleh polisi.
"Walaupun aku dipenjara, kalian tidak akan hidup bahagia, karena ayah kandung Zahra bukanlah kamu Aditya.." Ucap Sherly sambil tertawa sesaat sebelum polisi membawanya pergi.
"Itu tidak akan mengubah apapun..kami akan tetap menyayangi Zahra.." Jawab Fatimah tegas.
Sherly terlihat kesal mendengar jawaban Fatimah.
---------------
Keadaan Zahra sudah semakin membaik, setelah hampir seminggu dirawat, besok dia sudah diizinkan pulang oleh dokter.
Seperti yang sudah dikatakan oleh Fatimah, kasih sayang Aditya kepada Zahra tidak berubah sedikitpun malah semakin bertambah, walaupun ada keraguan tentang status ayah kandung dari putrinya itu.
Hasil tes DNA akan keluar kurang lebih seminggu lagi, Aditya tidak terlalu memperdulikannya karena baginya, Zahra anak kandungnya atau bukan itu sama saja, dia akan tetap mempertahankan Zahra dan menyayangi Zahra sepenuh hati.
__ADS_1
Berita penembakan Zahra menjadi trending topik selama seminggu ini, apalagi ketika polisi membeberkan fakta bahwa ternyata Sherly, ibu kandungnya sendiri yang menjadi dalang penembakan itu. Tentu saja banyak orang yang kini menghujat Sherly karena tega menyakiti anak kandungnya sendiri.
Sementara Doni tanpa diduga terbebas dari segala tuduhan, dia terbukti tidak ada sangkut pautnya dengan penembakan itu.
Aditya sangat marah mendengar kebebasan Doni, tapi dia tidak bisa berbuat banyak lagi, dia tidak mempunyai bukti yang cukup untuk menjebloskannya ke penjara lagi. Tidak ada bukti yang cukup kuat yang menunjukkan bahwa dia adalah dalang dibalik rem blong itu.
Aditya dan Fatimah menemani Zahra di ruangannya, terdengar Zahra tertawa bahagia karena Aditya yang selalu menggodanya.
Tiba tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.
Pintu terbuka, Aditya dan Fatimah kaget melihat sosok Doni memasuki ruangan dengan membawa sebuah boneka besar.
"Saya ingin melihat keadaan Zahra.."
Aditya melihat Doni dengan sinis.
"Dia baik baik saja.."
Doni terlihat tidak menghiraukan jawaban Aditya, dia menghampiri Zahra dan memberikan boneka itu kepadanya.
"Ini untuk anak cantik..." Ucap Doni dengan wajah berseri-seri.
Zahra terlihat senang menerima hadiah boneka yang besar.
"Terimakasih om.." Ucap Zahra dengan bahagia dia lantas menciumi dan memeluk boneka itu.
"Sama sama sayang.." Jawab Doni melihat Zahra dengan tatapan lembut, dia terlihat semakin mendekatkan diri kepada Zahra dan ingin memeluknya.
Aditya sudah jelas tidak suka, dia segera menghampiri Doni dan menariknya keluar ruangan.
Doni yang ditarik secara kasar, marah dan mencoba melepaskan pegangan Aditya.
"Jangan temui anakku lagi.." Ucap Aditya dengan marah sesampainya mereka diluar ruangan.
"Bagaimana kalau dia anak kandungku..?" Tanya Doni marah.
"Sudah kubilang hasil tes DNA tidak akan mengubah apapun..aku tetap ayahnya, dan Zahra akan tetap bersamaku.."
Doni tertawa kecil.
"Kalau dia anak kandungku, aku akan mengambilnya darimu.."
"Lakukan saja kalau kamu bisa.."
"Baiklah..kita lihat saja nanti..kita tunggu hasil tes DNA beberapa hari lagi.."
Mereka saling menatap dengan tajam.
__ADS_1
__ADS_2