My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Extra Part : Camelia..


__ADS_3

Clara terlihat menangis tersedu-sedu, dibawah cahaya lampu yang redup dan angin pantai yang bertiup sepoi-sepoi.


Dia mengingat kembali waktu itu, ketika dirinya mengetahui bahwa Annisa bukan ibu kandungnya, Clara pernah bertanya kepada ayahnya, siapa ibu kandungnya, dimana dia sekarang dan kenapa dia pergi.


Clara ingat, ayahnya terlihat kaget dengan pertanyaannya namun dengan segera ayahnya menjawab bahwa ibunya telah meninggal, dia kemudian berulang kali menanyakan dimana ibunya dikuburkan namun ayahnya tak pernah menjawab.


Sekarang dia tahu, bahwa ayahnya telah berbohong, dan dia mengerti kenapa ayahnya harus membohonginya, karena sudah pasti beliau tidak ingin dirinya mengetahui semua cerita buruk mengenai ibu kandungnya.


Clara semakin menangis, mengingat semua perkataan kakaknya, dia ingat saat kakaknya mengatakan bahwa ibu kandungnya telah meninggalkan mereka karena laki laki lain.


Hatinya seperti tersayat, saat Kevin juga menceritakan bahwa ayahnya sampai harus bersujud mencegah kepergian sang istri yang akan pergi dengan lelaki itu.


Clara terus menangis, dia tidak menyangka dia lahir dari seorang wanita yang tega meninggalkan suami dan anak-anaknya hanya demi lelaki lain. dia yakin kalau wanita itu tidak mempunyai perasaan karena tega meninggalkan dirinya yang masih sangat kecil dan masih sangat membutuhkannya, dan sekarang Clara sangat membencinya, dia mengutuk wanita itu berkali kali dan dia tidak akan pernah mengakuinya sebagai ibu kandungnya, karena baginya Annisa adalah ibunya, walaupun tak melahirkannya, namun posisinya tak akan pernah tergantikan oleh siapapun.


Tiba tiba, dia mendengar ada mobil yang mendekatinya, dia menengok ke belakang dan ternyata itu adalah mobilnya Angga, calon suaminya tersebut langsung turun dan menghampiri Clara yang duduk diatas batu.


Angga yang masih memakai kemeja dan jasnya berjalan perlahan menghampiri Clara, dia membuka jasnya dan memakaikannya kepada Clara yang duduk di depannya, dia kemudian duduk di samping calon istrinya itu.


"Aku tak menyangka ini akan menjadi tempat favorit kamu.." Ucap Angga tanpa melihat Clara.


Clara sibuk menghapus air matanya. Angga benar, sekarang ini adalah tempat favoritnya, entah kenapa tempat ini yang langsung terbersit di pikirannya ketika dia pergi tadi.


Bagaimana tidak, ini adalah tempat bersejarah baginya dimana di tempat ini, dirinya dan Angga saling mengutarakan perasaannya.


"Jangan ditahan, menangis saja..anggap aku tidak ada.." Ucap Angga pelan.


"Tidak..aku sudah lebih baik.." Jawab Clara dengan suara parau karena terlalu banyak menangis.


Mereka terdiam beberapa saat.


Tiba-tiba ponsel Angga berdering.


Angga langsung mengangkatnya.


"Iya.. Clara ada bersamaku.."


Clara tahu, itu pasti dari salah seorang keluarganya yang pasti sedang mengkhawatirkannya kini.


"Mereka sangat mencemaskanmu.." Ucap Angga sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.


"Aku tahu.." Jawab Clara menunduk.


"Kalau begitu kita pulang.." Ajak Angga lembut.


Clara menggelengkan kepalanya.


"Baiklah..kita akan begadang disini semalaman.." Ucap Angga bercanda.


Clara tersenyum kecil


"Wanita itu datang terlalu cepat, seharusnya dia datang setelah kita menikah, sehingga kamu bisa menangis di pelukanku.." Ucap Angga.


Clara melihat Angga.


"Apakah kamu tahu, sekarang aku sangat ingin memelukmu, memegang tanganmu, mengusap kepalamu dan mengatakan ada aku yang akan selalu bersamamu.." Lanjut Angga sambil melihat Clara yang sedari tadi menatapnya


Mereka berpandangan.


"Terima kasih.. kedatangan kamu kesini saja sudah membuat keadaanku menjadi lebih baik.." Jawab Clara pelan.


Angga mengalihkan pandangannya.


"Buang semua rasa sakit dan marah dalam hatimu, fokuslah pada kebahagiaan yang sebentar lagi akan kita rasakan.."

__ADS_1


"Maafkanlah ibumu, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi waktu itu.."


"Berpikirlah positif, jangan terbawa emosi, ada baiknya kamu mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.."


"Entah kenapa, aku merasa ini hanya salah paham, aku merasa ibumu wanita yang baik, karena dia telah melahirkan wanita yang baik juga sepertimu.."


Clara menangis tersedu.


"Dan ambil hikmahnya, kamu tidak akan bertemu dengan mama Annisa seandainya dia tidak pergi.."


"Dan pikirkan bagaimana keadaan mama Annisa sekarang, kamu tahu, dari yang aku dengar, kesehatannya menurun karena mengkhawatirkan kamu.."


Clara kaget.


"Mama sakit..?" Tanya Clara menahan tangis.


"Dia baik baik saja, tapi memang sebaiknya kita pulang sekarang.."


Clara segera berdiri, diikuti oleh Angga.


"Naik mobilku saja, mobilmu nanti biar supir yang ambil.."


Clara menganggukkan kepalanya.


Mereka berdua pergi meninggalkan pantai itu, hari sudah semakin malam, dan Clara kini sangat mengkhawatirkan Annisa.


Clara sampai dirumah, dia langsung masuk kedalam rumah diikuti oleh Angga dibelakangnya.


Clara disambut oleh Kevin dan Nadya.


Kevin memeluk Clara erat.


"Mana mama..?" Tanya Clara khawatir.


"Ada di dalam kamar bersama papa.."


"Mama.."


Annisa bangun dan memeluk Clara.


"Mama sangat mengkhawatirkan kamu sayang.."


"Maafkan aku ma.."


Annisa mengangguk.


"Mama takut kamu melakukan sesuatu yang berbahaya.."


Clara menggelengkan kepalanya.


Angga masuk ke dalam, dia dihampiri oleh Handoko yang merangkulnya.


"Terima kasih sudah membawa kembali Clara.."


Angga mengangguk dan tersenyum.


-------------


Annisa menemani Clara tidur di dalam kamarnya.


Clara memeluk Annisa.


"Aku ingin bertemu dengan ibu kandungku besok.."

__ADS_1


Annisa tersenyum.


"Itu bagus sayang.."


"Angga pasti sudah menasihatimu.."


Clara mengangguk.


"Dia memang lelaki yang baik..kamu tidak salah memilih, dia membimbing kamu ke jalan yang baik.."


Annisa terdiam.


"Maafkan ibumu sayang.. hilangkan semua kemarahan dalam hatimu, dan lebih baik kita ambil hikmahnya.."


"Seandainya dia tidak pergi, kita tidak akan bertemu.." Ucap Annisa menahan tangisnya.


Clara memeluk Annisa semakin erat.


"Aku tahu.."


"Anugerah yang luar biasa bagiku karena Allah mengirimkan mama kepadaku.."


"Justru kamu anugerah untuk mama, kamu menjadi obat disaat mama terpuruk karena berpisah dengan Fatimah.."


-----------


"Forgive me, I know I have wronged you, for leaving you at that time ..." Ucap Lia dengan menangis.


Clara menunduk.


"I have forgiven, I'm waiting for your arrival on my wedding day tomorrow .. "


"Of course ... I will definitely come to your wedding day ..." Jawab Lia bersemangat, dia melihat Clara dengan senang.


Clara melihat Angga yang duduk di sampingnya.


"Kami permisi dulu.." Ucap Clara sambil berdiri diikuti oleh Angga di belakangnya.


Angga tersenyum kepada Lia dan pergi meninggalkannya menyusul Clara yang terlebih dahulu pergi mendahuluinya.


Clara masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Angga.


Clara terlihat menahan tangisnya, bagaimanapun dia berusaha untuk memaafkan namun dia tidak bisa membohongi hati kecilnya yang masih menyimpan sedikit kemarahan untuk ibu kandungnya itu.


Angga mengetahui kemarahan Clara, dia tidak segera menghidupkan mobilnya.


Air mata Clara akhirnya tumpah juga.


Dia menangis terisak.


Angga terdiam, dia membiarkan Clara menangis.


Dia tahu, bukan hal yang gampang untuk Clara memaafkan ibunya begitu saja, butuh lebih banyak waktu lagi sehingga Clara bisa benar-benar memaafkannya.


Tapi Angga bersyukur karena Clara mau mendengarkan nasihatnya untuk menemui ibu kandungnya dan mengundangnya langsung untuk datang ke acara pernikahan mereka besok lusa.


Angga kaget karena kini Clara menangis di pundaknya, dia menyimpan kepalanya diujung pundak Angga.


"Seperti ini..tidak apa apa kan? sebentar saja.." Ucap Clara dengan terisak.


Angga terdiam. Dia mengerti saat ini Clara membutuhkan sandaran untuk meluapkan kesedihan di hatinya.


Dia merasakan bajunya basah karena air mata Clara.

__ADS_1


Tak lama Clara akan mengangkat kepalanya, tapi Angga menahan dengan tangannya, dia kembali menyuruh Clara untuk bersandar lagi di pundaknya.


"Lebih lama lagi tak apa apa.."


__ADS_2