
__ADS_3
Annisa berniat kembali kerumahnya, karena sudah hampir 2 minggu dirinya dan suaminya tinggal dirumah Aditya, bukannya tidak betah Annisa tinggal disana, akan tetapi dirinya merasa sudah cukup merepotkan Fatimah dan Aditya.
Walaupun berat hati, Fatimah membiarkan ibunya untuk pulang, dia mengerti bahwa ibunya harus kembali kepada rutinitasnya sebagai seorang pemimpin sebuah perusahaan yang sudah lama dia tinggalkan, Fatimah kembali bergembira karena ibunya berjanji akan sering datang berkunjung untuk melihatnya dan juga cucu cucunya.
Semua barang sudah disiapkan, Clara dan Nadya membantunya untuk berbenah, karena Kevin sedang pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan.
Zahra menangis melihat Annisa yang akan pergi, dia merasa sedih karena merasa tidak ada lagi teman bermain.
"Nenek jangan pergi.." Zahra terlihat menangis.
Fatimah berusaha menenangkan putrinya.
"Nenek cuma pulang kerumahnya, nanti nenek akan sering sering datang kesini untuk mengunjungi kita.."
Zahra tetap menangis.
Annisa merasa kasihan, dia menciumi dan memeluk Zahra yang menangis.
"Nenek janji nenek akan sering datang kesini.."
"Atau kamu dan dede bayi yang kerumah nenek.."
Cukup lama Fatimah membujuk Zahra, akhirnya Zahra bisa berhenti menangis dan membiarkan Annisa untuk pergi.
"Mama pulang dulu.." Annisa memeluk Fatimah.
"Nanti aku akan berkunjung kerumah mama bersama Aditya.."
"Mama tunggu..jaga anak anak kamu dengan baik ya.."
Fatimah mengangguk.
Clara dan Nadya berpamitan kepada Fatimah.
Mereka semua menaiki mobil.
Fatimah dan Zahra melambaikan tangan.
Kehidupan Fatimah kembali seperti biasanya, namun kali ini sedikit berbeda karena kini dia mempunyai seorang ibu yang selalu dengan rajin menghubunginya hanya sekedar menanyakan keadaan dirinya dan anak anaknya.
Bahkan Clara juga sering menghubunginya, walaupun hanya basa basi Clara selalu bertanya kabar Fatimah dan juga anak anaknya, sangat terlihat Clara ingin menjalin hubungan baik dengan Fatimah.
Fatimah merasa sangat bahagia, selain kini mempunyai seorang ibu, dia juga kini serasa mempunyai dua saudara kandung, ada Clara dan Kevin yang sangat menerima kehadirannya.
-------------------
__ADS_1
Clara senang ibunya kembali kerumah, sebenarnya dia sempat khawatir ibunya akan melupakan dirinya dan tidak akan mau kembali kerumah karena masih merindukan Fatimah, anak kandung Ibunya yang baru diketemukannya.
Walaupun sempat merasa cemburu, Clara segera menepis perasaan itu, dia mencoba mengerti kalau ibunya sedikit mengabaikannya karena ibunya terlampau bahagia bertemu kembali dengan Fatimah setelah sekian lama.
Lain halnya dengan Nadya, dia merasa sangat cemburu melihat mertuanya menyayangi Zahra begitu besar, sementara Nabila akhir akhir ini sering diabaikan bahkan seperti terlupakan, pikir Nadya.
Dia sudah lama menyimpan rasa kekesalannya, apalagi ketika dilihatnya Annisa begitu menyayangi Zahra, bahkan ketika dirumah saja Annisa terus berkata kalau dia sudah merindukan Zahra dan Zidane sementara Nabila berada di depan matanya.
Akan tetapi Nadya tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada siapapun termasuk suaminya sendiri, dia tahu reaksi apa yang akan diberikan oleh Kevin sudah pasti suaminya akan marah.
Suaminya akan memintanya untuk mengerti keadaan Annisa, ibu mertuanya.
Hari ini dia datang berkunjung bersama Nabila kerumah mertuanya, dia ingin menarik perhatian Annisa kembali agar kembali menyayangi Nabila, dan menjadikannya cucu kesayangan.
Ternyata tidak sesuai harapan, karena sesampainya disana Nadya kaget melihat Fatimah sudah berada disana bersama dengan kedua anaknya.
Annisa terlihat sedang menggendong Zidane dan menciuminya. Bahkan dia terlihat acuh dengan kedatangan dirinya dan Nabila.
"Kapan datang..?" Tanya Nadya mencoba bersikap ramah kepada Fatimah.
"Baru saja, sepulang Zahra sekolah kami langsung kesini.." Jawab Fatimah ramah.
Zahra dan Nabila kini semakin akrab, mereka terlihat bermain bersama.
Sedangkan Nadya melihat Annisa masih sibuk dengan Zidane, bahkan Annisa tidak menyapa anaknya, Nabila yang baru saja datang.
Akhirnya Zidane tertidur di gendongan neneknya, Annisa meminta Fatimah untuk mengikutinya masuk ke dalam kamar untuk menidurkan Zidane, sedangkan Nadya tetap duduk untuk melihat Nabila dan Zahra yang sedang bermain.
Lama sekali Fatimah dan Annisa baru keluar kamar, mereka seperti sedang membicarakan sesuatu.
Rupanya Fatimah memberitahu Annisa beberapa butik langganannya yang menjual baju baju syar'i yang bagus, Annisa terlihat antusias dengan penuturan Fatimah.
"Bagaimana kalau nanti kita kesana bersama..?" Tanya Annisa dengan senang.
"Baiklah.." Jawab Fatimah
Nadya terlihat semakin kesal, Annisa tidak menghiraukannya sama sekali, mertuanya itu terus fokus kepada Fatimah saja.
Zahra dan Nabila bermain bersama di halaman belakang rumah.
Tiba tiba.
Terdengar suara tangisan Zahra dan Nabila bersamaan.
Fatimah kaget dan langsung berlari menuju halaman belakang diikuti oleh Nadya yang juga tak kalah kaget dan Annisa.
__ADS_1
Rupanya mereka terjatuh bersamaan ketika sedang bermain sambil berkari, sepertinya terjatuh dengan sangat keras karena keduanya terus menangis kesakitan.
Fatimah segera memeluk Zahra.
"Kenapa sayang..mana yang sakit..?" Tanya Fatimah dengan cemas.
Dia melihat lutut Zahra sedikit terluka dan mengeluarkan darah.
Nadya juga melakukan hal yang sama, dia bertanya kepada Nabila.
"Apa yang terjadi nak..?"
Keduanya tidak menjawab, dan terus saja menangis.
Annisa segera kembali ke dalam rumah dan menyuruh pegawainya untuk mengambil kotak obat.
Annisa segera kembali, dia melihat kedua cucunya sudah digendong oleh ibunya masing masing.
Annisa mengobati luka Zahra di lututnya, sementara Fatimah menenangkan anaknya yang terus menjerit kesakitan.
Setelah selesai dia berganti kepada Nabila, namun tidak menemukan luka di kakinya.
Annisa kembali kepada Zahra yang terus berteriak kesakitan karena efek obat merah yang baru diberikannya, dia mengambil Zahra dari pelukan Fatimah dan menggendongnya.
Sudah pasti Nadya menjadi sangat kesal, alih alih mencoba menenangkan Nabila, Annisa malah memilih untuk menggendong Zahra, hal itu membuat Nadya semakin jengkel.
Dia kini semakin yakin, kehadiran Zahra benar benar telah merebut Annisa dari anaknya, dia semakin takut, Nabila akan semakin tersingkirkan karena Zahra dan Zidane.
Tak lama Handoko datang, dia kaget melihat Zahra dan Nabila menangis bersamaan.
"Kenapa..?" Tanya Handoko terlihat khawatir.
Dia menghampiri Zahra yang masih menangis di gendongan istrinya.
"Kenapa cucu kakek ini..?" Annisa menjawab pertanyaan suaminya.
Handoko kemudian melihat Nabila, dia melihat apakah cucunya itu juga terluka atau tidak seperti Zahra.
Rupanya Nabila tidak terluka, Handoko kembali melihat Zahra, dia meniup luka di kaki Zahra.
Sudah dipastikan bagaimana kesalnya Nadya, bahkan kini ayah mertuanya juga lebih memerhatikan Zahra dibanding Nabila.
Annisa dan Handoko terus berusaha membuat Zahra terdiam, Annisa yang terus menggendong Zahra sedangkan Handoko meniup luka di kakinya.
"Berhenti sayang jangan menangis, nanti kakek dan nenek akan membelikan Zahra mainan yang banyak.."
__ADS_1
Nadya semakin dongkol.
__ADS_2