
__ADS_3
Dan sesuai dengan yang dikatakan oleh Handoko dan istrinya, maka saat ini Fatimah sudah secara resmi menjadi salah satu anggota keluarga Handoko dan sudah disahkan oleh pengadilan.
Hal ini membuat Nadya dan ibunya semakin kebakaran jenggot.
"Benarkan apa kata mama, setelah itu maka Fatimah akan mendapatkan harta yang sama seperti Kevin dan Clara.."
Nadya terdiam.
"Maka bagian suamimu nanti akan semakin kecil dan Fatimah akan semakin kaya, selain dari harta suaminya, Fatimah akan mendapatkan harta yang banyak dari mertuamu.."
"Apa yang harus aku lakukan sekarang..?"
"Entahlah..mama tidak tahu.."
"Fatimah itu seperti kelihatannya saja sangat alim dan Sholehah, tapi sebenarnya dia adalah perempuan yang licik, pasti dia yang merayu ibunya untuk mendapatkan harta yang lebih banyak lagi.."
"Secara dia selama ini hidup susah sebelum menikah dengan Aditya, dia masih merasa kurang dengan harta suaminya, dan pelan pelan menggerogoti harta mertuamu.."
"Aku akan mengatakan hal ini kepada suamiku, aku akan membuka matanya lebar-lebar.."
"Kamu memang harus melakukan itu, sadarkan suamimu agar matanya terbuka dan menghalangi rencana jahat Fatimah dan ibunya.."
Nadya mengangguk-anggukkan kepalanya.
-------------
Hari ini adalah perayaan anniversary pernikahan Handoko dan Annisa, mereka berencana akan mengadakan pesta untuk merayakannya, dan memanfaatkan momen itu untuk mengumumkan secara resmi bahwa Fatimah sudah menjadi anggota keluarga mereka.
Pesta diselenggarakan di salah satu hotel bintang lima milik Aditya, satu persatu kerabat dan sahabat serta rekan kerja dan kolega dari Handoko maupun Annisa sudah berdatangan.
Nadya datang bersama Kevin dan putri mereka, Nabila, tak lupa Nadya mengajak sang ibu turut serta, kali ini Ibu Nadya ingin melihat Fatimah secara langsung, wanita yang dipikirnya sudah mengambil banyak hal dari anaknya.
Tak lama Fatimah datang bersama dengan Aditya suaminya dan Zahra, kali ini Zidane tidak diajak dan dititipkan bersama dengan Bik Minah, Ayu dan Romi turut hadir karena Annisa dengan khusus mengundang mereka.
Annisa dan Clara menyambut kedatangan Fatimah dan keluarganya, Kevin menghampiri Fatimah dan memperkenalkan ibu mertuanya kepada keduanya.
Dengan ramah Linda, ibu Nadya menyalami Fatimah dan Aditya.
Tentu saja itu hanya pura pura, karena sebenarnya dia sangat tidak menyukai Fatimah, apalagi ketika dia melihat Zahra yang berdiri di depan ibunya, Linda merasa bahwa cucunya, Nabila lebih lucu dan cantik dibanding dengan Zahra.
Acara sudah dimulai, Linda melihat besannya, Annisa dengan bangga terus memperkenalkan Fatimah kepada semua orang yang hadir.
Hal yang membuatnya semakin kesal adalah ketika Annisa juga memperkenalkan Zahra sebagai cucunya.
"Cantik dan lucu sekali.." Puji semua orang kepada Zahra.
"Padahal dia adalah anak bawaan dari suami Fatimah, anak itu sama sekali bukan cucu kandung Annisa dan Handoko lain halnya dengan Nabila.."
Linda terus menggerutu dalam hati.
Kali ini dia melihat Fatimah sedang duduk berdua dengan Zahra.
Linda berinisiatif untuk menghampiri Fatimah.
Dia menyapa Fatimah dengan ramah.
"Saya dengar, Zahra satu sekolahan dengan cucu saya.."
Fatimah tersenyum dan mengangguk.
"Iya..bahkan mereka satu kelas.." Jawab Fatimah ramah.
__ADS_1
"Kebetulan sekali ya.."
"Iya.."
"Zahra cantik sekali.." Puji Linda memegang pipinya.
Zahra hanya tersenyum.
"Kamu cantik seperti ibu kandung kamu.."
Fatimah kaget, mendengar ucapan Linda.
"Kamu sudah pernah bertemu dengan mama kandung kamu..?" Tanya Linda kepada Zahra, seakan tidak peduli dengan Fatimah di sampingnya.
Fatimah berdiri, dia terlihat marah dengan pertanyaan Linda kepada Zahra.
"Maaf..kenapa anda bertanya seperti itu..?"
Linda tersenyum seolah tanpa dosa.
"Kenapa..?"
"Apa maksud anda bertanya seperti itu kepada anak saya..?" Fatimah semakin terlihat kesal.
"Loh..apa salah saya menanyakan ibu kandung Zahra..?"
Fatimah semakin kesal, dia marah Linda terus saja mengulang kata 'ibu kandung' di depan Zahra anaknya.
Fatimah menarik Linda untuk sedikit menjauh dari anaknya.
"Kenapa kamu marah..?" Tanya Linda seolah tak merasa bersalah.
"Anda seharusnya tidak bertanya seperti itu kepada Zahra, dia belum mengerti apa apa.."
"Dia masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya..dan sebenarnya itu bukan urusan anda.."
Linda terlihat tertawa.
"Seharusnya dia sudah mengetahui bahwa anda bukan ibu kandungnya, dan ibu kandungnya sekarang sedang di dalam penjara.."
Fatimah semakin kesal. Dia menunduk menahan amarah.
"Kita baru pertama kali bertemu, tapi kenapa anda melakukan ini kepada saya..?" Ucap Fatimah heran.
Linda kembali tertawa.
"Saya hanya tidak suka dengan orang yang berpura pura alim, dan sok suci.."
"Siapa maksud anda dengan pura pura alim dan sok suci itu..?"
Linda terlihat akan menjawab.
"Hentikan Tante atau saya akan mengadukan segala perbuatan anda kepada kakak Kevin.."
Tiba tiba Clara menyela pembicaraan mereka, rupanya Clara mendengar seluruh percakapan mereka dari awal.
Clara menghampiri Fatimah yang terlihat menahan tangis.
"Perbuatan Tante sudah kelewatan.." Clara menahan amarah.
Linda gelagapan, dia tidak menyangka Clara akan datang dan mendengarkan percakapan dirinya dan Fatimah.
__ADS_1
"Begini, maksud Tante tidak seperti itu.."
"Jangan bicara lagi, atau saya akan mengadukan semua ini kepada Kak Kevin dan mama saya.."
"Baiklah..tapi saya benar-benar tidak ada niat buruk.."
"Yang sudah Tante lakukan ini sangat buruk, bayangkan jika mamah mengetahuinya.."
Nadya terlihat datang, dia melihat Clara yang memarahi Ibunya.
"Ada apa ini..?" Tanya Nadya heran.
"Tanyakan pada ibu Kaka, apa yang sudah dia lakukan kepada Fatimah dan Zahra.."
"Mama ada apa..?"
"Mama hanya bertanya soal ibu kandung Zahra, hanya itu, dan dia tiba-tiba marah dan Clara juga memarahi mamah.."
"Clara, dia adalah ibuku, kenapa kamu memarahinya..?"
"Asal Kaka tahu, untung dia ibu kak Nadya, kalau bukan saya sudah mengusirnya dan menyeretnya keluar dari sini.."
"Clara, kamu sudah kurang ajar..saya bisa mengadukan hal ini kepada suami saya.."
"Itu yang saya mau, cepat panggil Kak Kevin kesini.."
"Saya juga akan mengadukan perbuatan mertuanya kepada Fatimah, kalian ingat, Fatimah adalah saudara saya dan Kak Kevin sekarang.."
"Sudah..Clara, sebaiknya kita pergi dari sini.." Fatimah menengahi, dia mengajak Clara untuk pergi.
Clara menuruti perintah Fatimah.
Fatimah pergi dengan Clara dan Zahra.
Mereka pergi ke toilet wanita.
Fatimah menangis, dan Clara memeluknya.
"Tante..kenapa mama menangis..?"Tanya Zahra yang rupanya memerhatikan mereka berdua.
Fatimah segera menghapus air matanya.
"Tidak apa apa sayang.." Jawab Clara berusaha tersenyum.
"Mama tidak apa-apa nak.." Fatimah berjongkok, dia memeluk Zahra dengan erat.
"Kamu tenang saja, aku akan mengadukan hal ini kepada Kak Kevin dan mama.."
Fatimah segera berdiri, dia menatap Clara dengan serius.
"Jangan, aku mohon jangan..mari kita lupakan kejadian tadi.."
"Tapi ibunya kak Nadya harus diberi pelajaran.."
"Jangan biarkan saja..aku mohon, jangan sampai Kak Kevin tahu, apalagi mama.."
"Tapi.."
"Tidak apa-apa.. sebenarnya itu pertanyaan wajar, hanya saja aku belum siap, dan entah kenapa aku menjadi marah.."
"Itu tidak wajar, Zahra belum waktunya mengetahui semuanya.."
__ADS_1
"Dan aku pernah berada di posisi Zahra.." Lanjut Clara sembari menatap Zahra.
__ADS_2