
__ADS_3
"Kalian memang sangat serasi, dua ular berbisa memang cocok dijadikan satu.."
Aditya menarik tangan Cindy dengan kasar.
"Kamu tahu, karena adu domba mu, aku telah bersikap kasar kepada istri dan anakku.."
Aditya memegang kuat tangan Cindy sehingga dia meringis kesakitan.
"Lepaskan Aditya, kamu menyakitiku.."
"Rasa sakit ini tak seberapa dengan rasa sakit yang kini kurasakan dan juga istri dan anakku.."
"Apa maksudmu Adit..?" jawab Cindy gelagapan.
Cindy mencoba melepas tangan Aditya yang memegangnya dengan kuat.
"Aku dan Sherly tidak sengaja bertemu dan kemudian kami minum kopi bareng..hanya itu.." Ucap Cindy tentu saja Aditya tahu dia berbohong.
"Jangan berharap aku akan percaya dengan semua perkataanmu lagi .." Ucap Aditya pelan dengan mata memerah menahan amarah.
"Aku sudah mengetahui semuanya.."
"Aku tidak menyangka ternyata kamu wanita bejat yang tega merusak kebahagiaan orang lain.."
"Padahal aku sangat mempercayai kamu..Aku sudah menganggap mu seperti adikku sendiri.."
"Aku akan melupakan semua kenangan kita, kebersamaan kita dari kecil, persahabatan kita, persahabatan orang tua kita, sekarang kamu hanya orang asing bagiku"
Cindy menangis mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut Aditya, kini dia sadar Aditya telah mengetahui kebusukannya.
Sementara Sherly kini bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa. Dia malah merasa puas melihat Aditya memarahi Cindy
"Aditya aku mohon..kamu harus mendengarkan penjelasan aku.." Ucap Cindy.
"Jelaskan..aku mau mendengarnya..Aku ingin tahu alasan kamu tega melakukan semua ini padaku.. menghancurkan kebahagiaanku " Tantang Aditya kepada Cindy.
Cindy semakin gelagapan.
"Aku menyukaimu dari dulu.."
"Aku benci mendengar kamu menyayangiku sebagai seorang adik..Padahal aku mencintaimu sebagai seorang wanita"
"Kamu terus mengabaikan perasaan aku dan malah menikahi Sherly..Apa kamu tahu hatiku sangat terluka saat itu.."
__ADS_1
"Akan tetapi aku dengar kalian akhirnya berpisah, itu memberiku secercah harapan untuk bisa memilikimu.."
"Akan tetapi Sherly memberitahuku kalau ternyata kamu sudah menikah, dan itu membuatku kesal karena kesempatan untuk mendapatkan kamu hilang.."
"Dan Sherly terus membujuk aku untuk merusak rumah tangga kamu dan Fatimah.." Jelas Cindy panjang lebar.
"Agar aku bisa bersamamu.."
Aditya melihat ke arah Sherly.
"Dan kamu melakukannya dengan sempurna Cindy.."
"Rencana kamu berhasil, mengadu domba aku dan istriku." Jawab Aditya geram.
"Asal kamu tahu, aku tidak menyesal, aku senang Fatimah kini sudah pergi.." Ucap Cindy tegas.
"Dan sekarang kamu berpikir aku akan memilih kamu dan kemudian aku menikahimu.?" Jawab Aditya marah.
"Jangan mimpi, semuanya belum berakhir, aku akan membawa Fatimah kembali, dan membangun kembali rumah tangga kami.."
"Oh iya segera angkat kaki dari rumahku, dan jangan berharap untuk menginjakkan kaki disana lagi.."
"Aku akan memberitahu orang tuamu dan menceritakan kelakuan busukmu.." Kata Aditya marah seraya akan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kami akan kembali bersama.."
"Dan kalian sudah menunjukan kalau selama ini aku memang tidak salah pilih, aku benar menikahi Fatimah dan mencampakkan kalian berdua.."
Aditya meninggalkan mereka berdua.
Cindy menangis dengan semua ucapan Aditya kepadanya, kini dia benar-benar tidak akan bisa bersama lelaki yang sudah lama dicintainya.
Sementara Sherly merasa senang, dia yang mengetahui perasaan Cindy kepada Aditya dari dulu, mencoba menghasut Cindy, dan dia sudah masuk perangkapnya untuk menjadi alatnya merusak rumah tangga Aditya dan Fatimah, dan itu berhasil. Kini Fatimah telah meninggalkan Aditya, dan Aditya sekarang membenci Cindy.
Kalau dia tidak bisa bersama dengan Aditya dan Zahra, maka tidak ada wanita lain juga yang boleh hidup bahagia bersama mereka, baik itu Fatimah maupun Cindy.
Sherly kini merasa puas.
------
"Bagaimana..kalian sudah menemukannya..?" Tanya Aditya kepada beberapa orang.
"Belum Pak.." Jawab Salah seorang dari mereka.
__ADS_1
"Aku menyewa kalian karena aku yakin kalian akan dengan mudah menemukannya.."
"Kami berjanji kami akan segera menemukan istri bapak.."
"Aku tidak butuh janji..aku butuh bukti.." Jawab Aditya sinis.
-------
Pukul 23.00
Aditya masih mengendarai kendaraannya, kini dia tidak tahu harus kemana lagi mencari Fatimah, dia terus mengutuk dirinya sendiri yang telah membiarkan Fatimah yang sedang mengandung anaknya pergi meninggalkan rumah.
Aditya berhenti, kini dia menangis penuh sesal, seandainya dia mendengarkan semua permintaan Fatimah, ini semua tidak akan terjadi. Hari semakin malam akan tetapi tidak berani untuk pulang kerumah karena Zahra.
Dia telah berjanji kepada Zahra akan membawa Fatimah pulang hari ini.
Dia tahu betapa Zahra sangat mempercayai ucapannya.
Aditya tahu, Fatimah tidak membawa apapun, dia meninggalkan semuanya, uangnya, semua kartu debit dan kartu kredit bahkan handphonenya.
Kemana Fatimah akan pergi dengan tidak membawa apapun, dimana dia tidur dan apa yang dia makan, di tengah kondisinya yang sedang mengandung.
Aditya semakin menangis memikirkannya.
Dia telah menyiksa istri dan calon anak mereka.
Tiba-tiba ada satu nama yang terbersit di pikiran Aditya.
Angga.
Aditya segera menghidupkan mobilnya, dia melaju dengan kencang, sangat kencang.
Dia akan menuju satu tempat, rumah Angga.
Walaupun akan sangat menyakitkan Aditya ingin Fatimah berada disana, dirumah Angga.
-------
Fatimah menangis tersedu, dia merindukan Zahra.
Seseorang memasuki kamarnya.
"Maaf ibu kalau suara tangisan saya mengganggu.."
__ADS_1
__ADS_2