
__ADS_3
Aditya dan Romi berlari di lorong rumah sakit, sampai akhirnya menemukan sebuah ruangan dan memasukinya.
Ada Ayu disana dan beberapa pegawai Aditya dan juga Zahra yang terbaring di sebuah tempat tidur.
Aditya menghampiri Zahra, air matanya meleleh melihat putrinya yang kini sakit dan tersiksa menahan kerinduan kepada Fatimah.
"Maafkan papah nak.." Ucap Aditya sembari mencium Zahra yang sedang tertidur.
"Apa yang terjadi...Apa kata dokter.." Tanya Romi kepada Ayu.
"Tadi suhu badannya tinggi ditambah badannya lemah karena sudah beberapa hari tidak makan.."
"Dia harus dirawat.." Jawab Ayu.
Semuanya terdiam.
Seseorang membuka pintu.
Angga masuk
Semua mata tertuju padanya, tak terkecuali Aditya.
"Apa yang kak Angga lakukan disini..?" Tanya Ayu heran.
"Aditya..Fatimah membutuhkanmu.." Jawab Angga.
Hati Aditya berdesir mendengar nama Fatimah disebut.
"Fatimah..apa maksudmu..?" Tanya Aditya menghampiri Angga.
"Dia sekarang ada di ruang gawat darurat.."
"Apa..?" Tanya Aditya.
Semua orang terkejut.
"Ayu tolong jaga Zahra.."
Aditya tak menunggu jawaban dari Angga, dia langsung berlari keluar dari ruangan itu menuju keluar disusul oleh Romi dan Angga.
Aditya sampai di IGD, dia melihat sekeliling, Angga yang berlari dibelakangnya langsung menunjuk sebuah ruangan.
Dengan segera dia menghampiri ruangan itu, dilihatnya ada dua orang wanita yang sedang menunggu diluar ruangan.
Tak lama seorang dokter keluar.
"Mana suaminya..?"
"Saya dok.." Jawab Aditya penuh cemas.
"Begini pak, karena pendarahannya cukup banyak jadi ibu Fatimah dianjurkan untuk dirawat, dan kami akan melakukan observasi selanjutnya untuk memantau perkembangan ibu dan janinnya.."
__ADS_1
"Lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya dok.." Jawab Aditya syok mendengar istrinya yang mengalami pendarahan.
"Tentu saja pak.."
"Boleh saya melihatnya dok..?"
"Silahkan..mungkin sebentar lagi ibu Fatimah akan dibawa ke ruang perawatan.."
Aditya membuka ruangan itu, dia melihat Fatimah yang sedang menangis.
Dia perlahan mendekati istrinya.
"Sayang..maafkan aku.." Ucap Aditya menangis.
"Bawa aku ke tempat Zahra.. kumohon.." Pinta Fatimah.
"Bagaimana keadaannya..?" Tanya Fatimah menangis terisak.
Aditya terdiam dan hanya menangis sambil memegang tangan Fatimah.
"Kumohon bawa aku ke tempat Zahra.." pinta Fatimah lagi dengan tangis yang semakin terisak.
Romi dan Angga yang mendengar permintaan Fatimah berinisiatif berbicara dengan dokter agar mengizinkan Fatimah melihat Zahra.
"Maafkan aku sayang.." Hanya itu yang terus diucapkan oleh Aditya sambil menciumi tangan Fatimah seraya menangis.
Banyak kesedihan yang dibuat karena kesalahan dirinya, selain Zahra yang sakit, juga istrinya yang mengalami pendarahan.
Dokter dan para perawat datang bersama dengan Romi dan Angga.
Mereka segera membawa Fatimah ke ruangan Zahra.
Fatimah memasuki ruangan Zahra dengan disambut oleh tangisan Ayu dan yang lainnya.
Tempat tidur Fatimah disandingkan berdekatan dengan tempat tidur Zahra putrinya.
Fatimah meminta Ayu untuk membantunya duduk agar bisa melihat Zahra.
Fatimah semakin terisak melihat Zahra yang tertidur dan dipasangi infus di tangannya.
"Sayang...maafkan mama nak.." Suara tangis Fatimah semakin pecah sembari menciumi tangan Zahra.
Semua orang ikut menangis bahkan beberapa ada yang keluar tidak tahan melihat adegan menyedihkan itu.
Dokter dan perawat mengingatkan Fatimah untuk ingat akan kondisinya yang juga sedang mengalami pendarahan.
Tanpa diduga, tak lama Zahra terbangun. Dia melihat Fatimah yang berada di sampingnya.
"Mama..mama..jangan tinggalin Zahra ma.." Ucap Zahra terbangun ingin memeluk Fatimah.
Fatimah mengangguk.
__ADS_1
"Maafkan mama nak..mama gak akan ninggalin Zahra lagi..."
Zahra terus berusaha untuk bangun agar Fatimah bisa memeluknya, dokter akhirnya membiarkan mereka untuk tidur dalam satu tempat tidur.
Aditya memindahkan Zahra ke ranjang Fatimah.
Mereka kini saling berpelukan, berkali kali Zahra meminta Fatimah agar tidak meninggalkannya lagi, Fatimah mengangguk dan berjanji.
Akhirnya Zahra kembali terlelap dalam pelukan Fatimah.
Tak lama Fatimah pun terlelap dengan memeluk Zahra.
Aditya dengan setia duduk di samping mereka.
Menatap nanar dua orang yang amat dicintainya tengah sakit karena ulahnya.
Semua orang telah kembali kerumah.
Kini hanya tinggal Romi ayu dan Angga.
"Aditya saya mau bicara sebentar.." Ucap Angga memanggil Aditya.
Tentu saja dia menyanggupi karena dia juga mempunyai banyak pertanyaan buat Angga seputar Fatimah.
Mereka pergi keluar ruangan.
Angga menjelaskan secara rinci tentang semuanya, tentang Fatimah yang selama ini tinggal dirumah Mang Redo, tentang dia yang akhirnya bisa menemukan Fatimah dan tentunya juga tentang kehamilan Fatimah yang bermasalah.
Aditya mengerti, dia tidak menyangka kalau selama ini Fatimah berada dekat dengannya.
"Saya harap kamu mengerti posisi mang Redo yang tidak memberitahu kepada kamu tentang Fatimah yang selama ini tinggal dirumahnya.."
"Itu semua karena permintaan Fatimah.."
Aditya mengangguk mengerti, tentu saja dia tidak akan marah, malah justru akan berterima kasih kepada mang Redo dan keluarganya yang telah merawat istrinya selama ini.
"Tolong jaga baik baik Fatimah dan bayi yang dikandungnya, asal kamu tahu tadinya saya bertekad ingin merebut kembali Fatimah darimu, karena kamu telah gagal membahagiakannya malah membuatnya menderita, akan tetapi ternyata Fatimah lebih membutuhkan kamu, suaminya sekarang dengan kondisi seperti ini.."
"Berjanjilah kamu tak akan membuatnya menderita lagi.."
Aditya mengangguk dan berterimakasih karena pertolongan Angga selama ini kepada Fatimah.
Tak lama Angga pamit dan menitipkan salam untuk Fatimah.
Aditya masuk kembali ke ruangan.
Dia melihat istrinya dan Zahra masih tertidur lelap, Ayu dan Romi juga sudah tertidur dia kursi.
Aditya menghampiri Fatimah, memegang tangan istrinya dan menciuminya.
Dia teringat cerita Angga yang memberitahu tentang kehamilan Fatimah yang bermasalah.
__ADS_1
Dia hanya berharap semoga Fatimah dan bayinya bisa selamat.
*******
__ADS_2