My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Tamparan Keras 2..


__ADS_3

"Plakkkkkkkk.." Fatimah menampar Nadya dengan sangat keras.


Nadya yang kaget langsung memegang pipinya, dia langsung mengangkat tangannya hendak membalas, rupanya Fatimah sudah bersiap, dia menahan tangan Nadya yang hendak menamparnya.


Fatimah memegang tangan Nadya dengan sangat keras, bahkan sedikit menekannya.


"Berani sekali kamu menamparku Fatimah.." Nadya kesakitan karena tangannya dipegang dengan sangat kuat oleh Fatimah.


"Iya..bukan sekali tapi dua kali.." Jawab Fatimah geram.


Fatimah melepaskan pegangan tangannya, dia kembali menampar Nadya karena masih merasa geram, apalagi ketika diingatnya Zahra yang menangis tersedu-sedu.


"Plakkkkkkkk.." Sekali lagi Fatimah menampar Nadya dengan cukup keras lagi.


Nadya lebih kaget dengan tamparan Fatimah yang kedua, dia kembali memegang pipinya, akan tetapi tiba-tiba Fatimah mendorong Nadya dengan kuat, hingga dia tersungkur jatuh ke belakang.


Tentu saja adegan itu menjadi tontonan semua orang, bahkan tak sedikit dari mereka yang memvideokannya.


Fatimah tidak peduli, dia memerhatikan Nadya yang terjatuh di hadapannya.


"Kurang ajar..lihat saja aku akan mengadukan kamu kepada suamiku.." Nadya merintih kesakitan.


"Bahkan aku akan mengadukannya ke kantor polisi.." Nadya berteriak dengan marah.


Fatimah tersenyum.


"Sedikitpun aku tidak takut, itu karena kamu telah berani menyakiti anakku.."


"Sekali lagi kamu mengganggu anakku..kamu akan mendapatkan lebih dari ini.." Ancam Fatimah.


Nadya berusaha bangun, dia berdiri dan menghampiri Fatimah, dia akan membalas semua perlakuan Fatimah kepadanya.


Tapi sayang, sudah ada Erik yang melindungi majikannya, Erik menghadang Nadya dan berdiri di depan Fatimah.


"Kurang ajar..sini kamu.." Nadya meronta ingin membalas Fatimah, berniat menarik jilbabnya dan membukanya di hadapan umum untuk mempermalukannya, percuma saja tenaganya tak lebih kuat dengan Erik.


"Minggir kamu.." Nadya memarahi Erik dan memintanya untuk tidak menghalanginya.


Dewi berinisiatif membawa Fatimah untuk pergi dari situ, dia menggiring Fatimah untuk berjalan dan memasuki mobil, sementara Nadya masih ditahan oleh Erik.


Nadya berteriak memanggil Fatimah, dia memukul dan mencakar tangan Erik karena kesal telah ditahan olehnya.


Fatimah sudah memasuki mobil, disusul oleh Erik, sementara Nadya seperti orang gila yang terus berteriak dan memukul mukul kaca mobil Fatimah.


Mobil Fatimah meninggalkan sekolah, dan Nadya baru menyadari bahwa dirinya menjadi tontonan banyak orang, dia segera merapihkan dirinya dan langsung pergi mengambil Nabila yang sedari tadi diambil oleh gurunya agar tidak melihat semuanya.


-----------


Fatimah sampai dirumah, dia menggendong Zahra yang sudah berhenti menangis, tapi masih terlihat sedih.


"Mama.." Tiba tiba Zahra memanggilnya ketika mereka sampai didalam kamar.


Fatimah tidak menjawab, dia hanya melihat putrinya.


"Apa itu ibu kandung..?" Zahra bertanya dengan sedih.


Fatimah segera memeluknya, dia berusaha menahan air matanya.


"Dan apa itu penjara..?" Tanya Zahra lagi dengan polosnya.


Fatimah tetap memeluk anaknya, dia tidak tahu harus menjawab apa.


"Sayang tidak usah kamu pikirkan semua ucapan Tante Nadya.."


"Dia hanya asal berbicara..jangan kamu pikirkan lagi ya.."

__ADS_1


Zahra mengangguk.


"Sudah sekarang kamu ganti baju, dan kita main bersama Dede Zidane.."


Zahra mengangguk dan tersenyum mendengar nama adiknya disebut.


Fatimah mengganti baju anaknya, dia berusaha untuk selalu tersenyum didepan Zahra akan tetapi dalam hatinya, dia merasa sedih dan marah, sedih mendengar pertanyaan Zahra, dan marah mengingat Nadya yang sudah mengatakan hal yang tidak pantas kepada anaknya.


------------


Handoko melihat video yang baru diterima olehnya.


"Lakukan apapun agar video ini tidak tersebar, apalagi kalau sampai diketahui oleh media.." Perintah Handoko kepada salah satu asisten pribadinya, sambil memperlihatkan video itu kepadanya.


Asistennya segera pergi untuk melaksanakan perintah tuannya.


Handoko terdiam, memikirkan video yang baru saja dilihatnya.


"Apa yang sebenarnya terjadi..?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.


Dia kembali melihat video tersebut, menerka apa yang membuat Fatimah dan Nadya menantunya sampai berkelahi seperti itu.


Handoko berpikir apa yang harus dilakukannya kini.


Dia sebagai kepala keluarga harus menyelesaikan masalah ini, dia akan memanggil Fatimah dan Nadya untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya, sebelum itu dia akan terlebih dahulu memberitahu Annisa, istrinya.


Annisa harus mengetahui semuanya.


-----------


Linda membelalakkan matanya mendengar penuturan Nadya putrinya.


"Kamu ditampar oleh Fatimah..?"


Nadya mengangguk dengan kesal.


Nadya kembali mengangguk tambah kesal.


"Dan kamu didorong olehnya..?"


"Iya..!!!" Jawab Nadya sangat kesal.


"Kita lapor polisi.." Ajak Linda.


Nadya terdiam.


"Kenapa kamu diam saja, kita laporkan ke polisi sekarang juga.."


"Tidak segampang itu, mertuaku pasti akan marah.."


"Peduli apa dengan mertuamu.. pokoknya kita ke kantor polisi sekarang dan laporkan Fatimah, dia harus mendapatkan pelajaran karena telah berani menampar anakku.."


Nadya masih diam tak berkutik.


"Aku tidak mau.."


"Kenapa..?"


"Aku akan membalasnya dengan cara lain.."


"Apa maksud kamu..?"


"Aku sudah menyuruh orang untuk mengirim video perkelahian aku dengan Fatimah kepada ayah mertuaku.."


Linda mulai tertarik, dia duduk di samping anaknya.

__ADS_1


"Apa rencana kamu..?"


"Aku adalah korban.." Nadya tersenyum sinis.


"Dengan cara ini, aku akan mengambil kembali perhatian kedua mertuaku.."


"Dan Fatimah akan menyesali segala perbuatannya kepadaku.."


Linda tersenyum mendengar perkataan putrinya.


"Kamu benar, biar bagaimanapun kamu adalah korban disini.."


"Kita harus membalikkan situasi, sekarang saatnya kamu mengambil kembali semua yang sudah diambil Fatimah darimu.."


Nadya tersenyum dan mengangguk.


"Bagaimana dengan suamimu..?"


"Aku tidak akan memberitahu dia, biar dia tahu dari ayahnya sendiri.."


"Sebentar lagi, aku akan mendapat telepon dari ayah mertuaku, dia akan menyuruhku untuk menemuinya dan bertanya tentang apa yang terjadi denganku dan Fatimah.."


Linda tersenyum.


"Tak perlu berbicara banyak, dengan melihat video itu saja, sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi..aku yang ditindas oleh Fatimah..".


"Aku akan membuat ayah mertua dan suamiku membenci Fatimah.."


"Karena telah memperlakukan aku seperti itu, apalagi di hadapan orang banyak.."


"Itu sama saja mencoreng muka keluarga Handoko, biar bagaimanapun aku adalah menantu dari putra satu-satunya Handoko, penerus kerajaan bisnis Handoko.."


Linda dan Nadya tersenyum bersamaan.


"Kamu pintar sekali sayang.."


"Pasti..aku kan anaknya mama.."


Linda mencubit pelan pipi putrinya.


"Aduh sakit ma.."


"Kurang ajar, tenaga Fatimah kuat sekali, tamparannya masih terasa sakit sampai sekarang.." Nadya mengusap pipinya dengan pelan sambil mengingat kembali Fatimah yang sudah menamparnya dua kali.


Linda juga mengusap lembut pipi putrinya.


"Tahan sayang, kali ini kamu yang kesakitan, nanti Fatimah yang akan merasakan rasa sakit karena akan ditendang keluar oleh keluarga Handoko.."


-------------


Annisa menutup mulutnya, seolah tak berkedip dia melihat video yang diputar suaminya.


Annisa melihat wajah suaminya.


"Apa yang terjadi..?" Tanya Annisa berkaca-kaca.


Handoko menggelengkan kepalanya.


"Astaghfirullah..apa yang terjadi antara Fatimah dan Nadya..?" Annisa terlihat memegang kepalanya sambil menunduk, air mata keluar dari kedua matanya.


Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Fatimah telah bertindak kasar kepada Nadya. Bukan hanya sekali, tapi dua kali Fatimah menampar menantunya dan kemudian dia mendorong Nadya dengan kasar.


Padahal selama ini dia melihat hubungan Fatimah dan Nadya baik baik saja.


"Kita harus membereskan masalah diantara keduanya.."

__ADS_1


Annisa mengangguk menyetujui.


__ADS_2