
__ADS_3
"Apa maksudmu mencari Fatimah tengah malam kesini..?" Tanya Angga.
Aditya menunduk, dia kecewa tidak menemukan Fatimah juga dirumah Angga.
"Aku sedang bertanya kepadamu.." Tegas Angga.
"Kami berselisih paham dan Fatimah meninggalkan rumah, aku sudah mencarinya kemanapun, tapi tidak menemukannya, aku pikir dia akan kesini mencarimu.."
"Rupanya kamu belum mengenal betul sifat Fatimah.." Angga terlihat marah.
"Dia tidak akan mungkin mencari aku, dia sangat tahu batas hubungan laki laki dan perempuan yang bukan muhrimnya.."
Aditya semakin menunduk. Angga benar, Fatimah tidak akan mungkin mencari laki laki lain.
Aditya mengingat hubungan dirinya dan Cindy yang melampaui batas, wajar saja kalau Fatimah marah. Aditya tidak mendengarkan nasihat Fatimah untuk menjaga jarak dengan Cindy, dimana dia memang bukan muhrim Aditya.
"Maafkan aku..sudah mengganggu waktu istirahatmu.." Aditya pamit.
"Sudah kubilang untuk menjaga Fatimah dengan baik.." Jawab Angga marah.
"Kamu sama beruntung bisa mendapatkan Fatimah..tapi kamu malah menyia-nyiakan wanita sebaik dia.."
"Entah apa yang membuat kalian berselisih paham, aku tidak peduli, yang aku tahu, disini pasti kamu yang bersalah.."
"Cepat temukan dia, jangan sampai aku yang menemukannya karena kali ini aku tidak akan tinggal diam, aku akan mengambil dia darimu.."
Mereka saling menatap dengan tajam.
"Kamu jelas jelas sudah membuat Fatimah menderita, dan aku tidak akan membiarkannya.." Ancam Angga.
"Aku akan segera menemukannya dan aku akan memperbaiki hubungan kami, jadi kamu jangan berharap terlalu banyak.." Jawab Aditya sembari pergi meninggalkan rumah Angga.
"Kita lihat saja nanti, karena kali ini aku akan mengambil kembali Fatimah darimu.."
Sudah pukul dua dini hari.
Aditya merenung dalam mobilnya, entah kemana lagi dia akan mencari Fatimah. Apa yang harus dia katakan kepada neneknya sepulang beliau dari ibadah umroh yang hanya tinggal beberapa hari lagi.
Aditya memutuskan akan kembali kerumah dan memeriksa keadaan Zahra.
Aditya kaget ternyata ada Ayu dan Romi berada di kamar Zahra.
Terlihat Ayu tertidur disebelah Zahra sedangkan Romi diatas kursi.
Romi terbangun mengetahui kedatangan Aditya.
Dia mengikuti Aditya yang mengajaknya pergi ke halaman belakang rumah.
"Sudah ada kabar..?" Tanya Romi.
__ADS_1
Aditya menggelengkan kepalanya.
Romi terdiam menunduk.
"Apa yang harus gue lakukan sekarang..?" Tanya Aditya putus asa.
"Dia seperti hilang ditelan bumi.." Sahut Romi.
"Gue takut terjadi sesuatu kepada Fatimah dan kandungannya.." Jawab Aditya semakin menyesali diri.
"Aku yakin Fatimah baik baik saja.." Jawab Romi berusaha menenangkan Aditya.
"Bagaimana Zahra..?" Tanya Aditya.
"Ketika kami datang tadi sore dia sedang menangis, untung saja Ayu berhasil membuatnya tenang.."
"Tapi dia terus menanyakan Fatimah kepada kami.."
"Ayu harus berbohong dan mengatakan kalau Fatimah sedang pulang ke kampung untuk beberapa waktu.."
Aditya semakin frustasi.
-------
Aditya bangun pagi pagi sekali,atau lebih tepatnya dia tidak tidur sama sekali.
Aditya sudah meminta pertolongan Ayu untuk sementara menjaga Zahra, jadi untuk sementara Ayu dan Romi akan menginap dirumah Aditya.
Sebenarnya entah kemana tujuan Aditya kali ini, daritadi dia hanya berputar-putar membawa kendaraannya. Pikirannya kacau dan kusut, karena sudah 2 malam dia tidak tidur. Bahkan sekarang dia tidak peduli lagi dengan pekerjaannya.
Aditya hanya ingin menemukan Fatimah, memohon ampun dan meminta maaf kepadanya dan mengajaknya kembali ke rumah, entah apa yang akan terjadi kepadanya dan Zahra andai saja dia tak menemukan istrinya lagi.
-------
Fatimah terbangun, dia merasakan rasa sakit di perutnya, dia beranjak dari tempat tidurnya dengan hati hati, dia mengelus halus perutnya.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Nyonya.." Pekik orang itu dari luar kamar.
Fatimah menghampiri pintu dan membukanya.
Seorang wanita yang kira kira umurnya diatas Fatimah tersenyum.
"Kita makan dulu.." Ucapnya sembari menggiring tangan Fatimah.
Fatimah mengikuti ajakan wanita itu.
Di tempat makan, Fatimah melihat mang Redo dan ibunya telah menunggu.
__ADS_1
"Mari kita makan nyonya.."
Fatimah tersenyum sembari duduk.
" Sudah saya bilang jangan panggil nyonya..saya merasa tidak nyaman.." Ucap Fatimah.
"Apalagi ibu..panggil saja saya Fatimah, anggap saya seperti anak ibu sendiri.." Fatimah menatap nanar wajah ibu di sampingnya.
Ibu itu menatap Fatimah dengan lembut.
"Iya nak.." Jawab Ibu itu mengelus halus pundak Fatimah.
Mang Redo dan Istrinya tersenyum.
Fatimah sangat dimanjakan berada di rumah sederhana milik mang Redo, dia sama sekali tidak diperbolehkan untuk membantu pekerjaan rumah. Ibu dan Wati sangat telaten mengurus Fatimah.
Fatimah sangat bersyukur, andai saja waktu itu dia tidak berpapasan dengan mang Redo di pinggir jalan dan mengajaknya untuk ikut ke rumahnya, Fatimah tidak tahu dia akan pergi kemana dan entah apa yang akan terjadi pada dirinya.
Fatimah melihat Mang Redo bersiap akan pergi bekerja.
"Mang Redo..gimana kabar Zahra..?"
Mang Redo terdiam sejenak.
"Setahu saya ada Neng Ayu yang mengurusnya sekarang.."
Fatimah tersenyum.
Dia bersyukur Ayu bisa menjaga Zahra.
"Maaf nyonya..tapi tuan terus mencari nyonya.."
Senyum Fatimah hilang ketika Mang Redo menyebut Aditya.
"Iya mang.. terima kasih..dan tolong jangan diberitahu kalau saya disini.."
Mang Redo mengangguk.
Ibu mang Redo menghampiri Fatimah.
"Pertengkaran suami istri itu biasa nak.."
Fatimah tersenyum.
"Ini bukan pertengkaran yang biasa Bu..tidak seperti biasanya.."
"Jadi apa sampai kapan kamu akan meninggalkan rumah..? Maaf ibu bukannya tidak senang kamu berada disini, akan tetapi tidak baik pergi lama meninggalkan suami dan anak, pikirkan nak Zahra juga.."
"Tapi Bu.. saya tidak berniat untuk kembali lagi kesana.."
__ADS_1
__ADS_2