
__ADS_3
"Lisa apa yang kamu lakukan disini..?" Tanya Kevin ketakutan.
"Aku hanya ingin memberitahu kedua orangtuamu bahwa aku sedang mengandung anakmu.."
Semuanya kaget, terlebih lagi dengan Kevin.
"Apa maksudnya ini..?" Tanya Handoko melihat Kevin dengan penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, Kevin malah menarik Lisa menjauh dari kedua orangtuanya, dia menarik Lisa dengan sangat kasar hingga membuatnya sedikit kesakitan.
"Lepaskan..sakit.." Lisa mencoba melepaskan pegangan tangan Kevin.
"Apa maksudmu datang kesini, menemui kedua orang tuaku..?" Tanya Kevin setengah berbisik.
Handoko dan Annisa serta Aditya yang masih berada disana melihat dengan penuh keheranan.
"Aku hanya ingin memberitahu orang tuamu, bahwa aku sedang mengandung anakmu..?
"Tidak mungkin..kita.." Kevin belum sempat menyelesaikan perkataannya karena Handoko yang memanggilnya.
"Apa yang kalian lakukan disana, dan siapa wanita itu..?" Tanya Handoko dengan marah.
"Dan apa maksudnya dengan mengatakan bahwa dia sedang mengandung anakmu nak.." Tanya Annisa dengan suara bergetar.
Aditya merasa sangat canggung melihat situasi itu, dia merasa harus segera pergi meninggalkan mereka semua.
Aditya kembali berpamitan dan segera memasuki mobilnya.
Sementara Kevin berdiri mematung dengan Lisa disampingnya, Handoko serta Annisa melihat mereka dengan penuh kemarahan.
"Masuklah..kita bicarakan di dalam.." Perintah Handoko.
Mau tidak mau Kevin masuk menuruti perintah ayahnya, diikuti oleh Lisa dibelakangnya.
Dia sudah membayangkan apa yang akan terjadi, selain akan kaget dan syok, tentu saja dia akan dimarahi habis-habisan karena perbuatannya dengan Lisa.
Akhirnya mereka sampai di dalam rumah, segera Handoko meminta Lisa untuk mengenalkan dirinya dan menceritakan maksud serta tujuannya datang kesini.
"Saya Lisa..saya adalah teman kuliah Kevin sewaktu dia kuliah di luar negeri.."
"Apa maksudmu dengan mengandung anak Kevin..?" Annisa kembali lagi bertanya pertanyaan yang sama, dia merasa penasaran dengan jawaban yang akan diberikan oleh Lisa.
Lisa terlihat ragu ragu menjawab.
"Jangan dengarkan dia mah, dia hanya mengada ada.." Kevin mencoba membela diri.
"Mama tidak bertanya kepadamu.." Jawab Annisa tegas.
"Jawablah..katakan apa maksud dari ucapanmu..?"
Lisa masih ragu.
"Saya dan Kevin akhir akhir ini kembali menjalin hubungan.."
Kevin menunduk tidak ingin melihat respon orang tuanya yang pasti akan kaget dan kecewa mendengar penuturan Lisa.
"Kemudian..?" Tanya Handoko dengan nada yang terdengar sangat marah.
"Kami sudah melakukan hubungan yang melewati batas.." Jawab Lisa terbata bata.
Annisa menutup mulutnya, dia menjatuhkan dirinya ke kursi dibelakangnya.
Kevin semakin merasa bersalah melihat reaksi Annisa seperti itu.
__ADS_1
"Dan sekarang kamu hamil..?" Tanya Handoko semakin terlihat marah.
Lisa menundukkan kepalanya tidak menjawab.
"Itu tidak mungkin, kami hanya sekali melakukannya, dan kalaupun hamil, tidak akan secepat ini, ini baru beberapa hari.." Kevin berusaha menjelaskan.
Mendengar penjelasan Kevin anaknya, Handoko menghampirinya.
Plakkkkkkkk..
Dia menampar Kevin.
Kevin semakin menundukkan wajahnya, dia merasa kalau tamparan itu sudah seharusnya dia terima mengingat kesalahan besar yang sudah dia perbuat.
Lisa kaget, dia tidak menyangka Handoko akan semarah itu kepada Kevin.
Sedangkan Annisa segera berdiri, dia memegang tangan suaminya.
"Apa yang kamu lakukan..?" Tanya Annisa dengan marah kepada suaminya.
"Ternyata pendidikan agama yang kita ajarkan kepadanya dari kecil itu percuma saja, dia sudah melakukan dosa besar.." Handoko menunjuk Kevin dengan marah.
"Aku tahu, tapi bukan begini caranya, kamu tidak harus memukulnya.."
"Tamparan itu tidak seberapa dibandingkan dengan kesalahan yang sudah dia perbuat.."
Handoko terlihat mengangkat tangannya lagi, dia kembali akan memukul Kevin.
"Pukul aku..pukul aku saja, aku ibunya, aku yang telah gagal mendidiknya, jadi aku yang salah, jangan memukul anakku, karena aku yang salah.."
Handoko mengurungkan niatnya melihat Annisa yang menangis.
Clara yang sedari tadi memperhatikan dari jauh, segera memeluk ibunya, begitu juga Kevin, mereka memeluk Annisa yang menangis tersedu-sedu.
Handoko segera meninggalkan mereka semua, dia pergi dengan sangat marah.
Clara membawa ibunya untuk duduk di kursi, dia meminta pembantu untuk segera mengambil air minum.
Kevin terus memegangi ibunya.
"Mamah.. maafkan aku.." Kevin mencium tangan Annisa.
Annisa membelai kepala anaknya.
Dia kemudian melihat Lisa yang masih berdiri mematung sembari menangis.
"Kevin sudah mempunyai istri dan anak..kamu tahu itu..?" Tanya Annisa kepada Lisa.
Lisa menganggukkan kepalanya walaupun terlihat ragu ragu.
"Jadi tidak mungkin jika kamu ingin Kevin menikahimu.."
"Pikirkan juga perasaan istrinya.."
Lisa menundukkan kepalanya. Air mata mengalir di pipinya.
"Jadi apa yang akan kalian lakukan sekarang..?" Tanya Annisa kepada Kevin dan Lisa.
Kevin terlihat menggelengkan kepalanya.
"Aku yakin dia tidak hamil.." Ucap Kevin tiba tiba sambil melihat Lisa dengan marah.
Annisa terlihat menghela napas panjang.
__ADS_1
"Mari kita tunggu sebulan dari sekarang..setelah itu kita tes.."
Lisa terlihat mengangguk.
"Maaf.. aku hanya ketakutan, mengingat apa yang sudah kami lakukan, aku takut aku hamil karena aku sudah telat menstruasi.."
"Aku takut jika aku benar-benar hamil, Kevin tidak akan bertanggungjawab, maka aku berinisiatif untuk memberitahukan kepada om dan Tante perihal hubungan kami.."
Annisa hanya menganggukkan kepalanya.
Clara tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terus memeluk Annisa ibunya yang terlihat lemah.
Masalahnya dengan Bayu belum selesai, kini ibunya kembali harus menghadapi masalah karena Kevin, kakaknya.
Clara merasa sangat kasihan dengan ibunya, di proses masa penyembuhannya dari penyakitnya, Annisa harus menghadapi banyak persoalan yang diakibatkan oleh dirinya dan Kevin.
-----------
Aditya masuk ke kamarnya, dia kembali lagi pulang larut malam, karena pekerjaannya yang menumpuk ditambah lagi dia harus mengurus pelaporan keluarga Handoko kepada Bayu ke kantor polisi karena mertuanya meminta Aditya dan Kevin untuk mengurusnya.
Aditya tidak melihat Fatimah di dalam kamar, dia hanya melihat Zidane yang terlelap tidur.
Samar samar dia mendengar suara Fatimah yang menangis sedih di dalam kamar mandi, perlahan dengan rasa penasaran dia membuka pintu kamar mandi.
Dia melihat Fatimah yang masih menangis dan tidak menyadari kedatangan.
"Sayang.." Aditya memanggil Fatimah dengan heran.
"Ada apa..?" Dia memeluk Fatimah yang tengah berusaha menghapus air matanya.
Aditya memeluk Fatimah erat.
"Ada apa..?" Tanya Aditya lagi dengan lembut, wajahnya melihat wajah Fatimah istrinya, kening mereka saling menempel.
Fatimah hanya menggeleng.
"Apa yang membuatmu menangis seperti itu..?"
"Katakan padaku.."
Fatimah melihat Aditya, dia mencoba menghapus air mata di pipinya.
"Aku sedih.. Zahra sudah mulai bertanya tentang Ibu kandung.."
"Ibu tiri.."
"Dan penjara.."
Fatimah kembali menangis.
Aditya mengerti.
Dia tidak menjawab, dia kini mengerti perasaan Fatimah istrinya, masalah Zahra sangat sensitif untuk Fatimah, akan membuat istrinya stres dan dan tertekan.
Aditya kembali menempelkan keningnya dengan kening istrinya yang terus menangis.
Lama mereka terdiam dengan posisi saling berpelukan seperti itu.
Fatimah terisak dalam tangisnya, sedangkan Aditya memejamkan mata.
"Sudahlah sayang.. Zahra sudah semakin besar sekarang, pasti banyak yang ingin dia ketahui di usianya saat ini.."
Aditya mencium pipi istrinya.
__ADS_1
__ADS_2