My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Operasi..


__ADS_3

Fatimah memeluk Annisa dengan erat, air matanya mengalir dengan deras.


Fatimah memejamkan matanya, membayangkan penderitaan demi penderitaan yang telah dialami oleh ibunya, dia tidak menyangka sama sekali bahwa penyebab dirinya ditelantarkan oleh ibunya adalah karena ayahnya sendiri.


Selama ini, sosok sang ayah dalam bayangan Fatimah adalah sosok yang tidak jauh berbeda dengan kakeknya, laki laki baik dan penyayang keluarga, ternyata ayahnya lebih buruk dari pamannya sendiri, bahkan seribu kali lebih buruk karena dia tidak pernah sekalipun melihat paman memarahi bahkan memukuli bibinya.


Annisa melepaskan pelukan putrinya, dia melihat wajah Fatimah dengan lembut.


"Setelah kematian ayahmu, beberapa kali mamah akan mengambil kamu dari kakek dan pamanmu, akan tetapi pamanmu selalu menahannya, malah dia selalu mengancam mama.."


"Pamanmu yang tidak mengetahui apa apa, selalu berpikir bahwa mama yang salah telah kabur dan pergi dengan lelaki lain yang lebih kaya.."


"Padahal tidak seperti itu.." Annisa menangis tersedu.


Fatimah menghapus air mata ibunya.


"Sudah mah..jangan menangis lagi.."


"Itulah yang sebenarnya terjadi sayang..mamah tak bermaksud melupakan kamu.."


"Aku mengerti ma..aku mengerti sekarang.." Fatimah memeluk ibunya.


"Tapi mama bersalah kepadamu, seharusnya mama tidak menyerah untuk mengambil kamu dari pamanmu.."


"Semuanya sudah berlalu mah..kita lupakan semua yang sudah terjadi, mari kita memulai dari awal lagi.."


Annisa menghapus air matanya, dia menganggukkan kepalanya beberapa kali.


"Mama senang mendengarnya, membuat mama ingin kembali sehat dengan segera, mama ingin menghabiskan banyak waktu dengan kamu dan cucu cucu mama.."


Fatimah mengangguk. Mereka kembali berpelukan bahagia.


"Mama harus sehat kembali..aku tidak ingin kehilangan mama lagi.."


----------


Aditya memegang tangan Fatimah selama perjalanan mereka kembali dari rumah sakit.


Fatimah menceritakan semuanya kepada suaminya.


"Kalau begitu, aku harus meminta maaf kepada ibumu, karena aku pernah berpikiran buruk tentangnya.."


"Kali ini feeling kamu benar lagi sayang, kamu tidak lantas menghakiminya dan menyalahkannya setelah apa yang telah ibumu lakukan kepadamu.."


Fatimah menghapus air matanya.


"Kamu tahu..aku bahagia sekarang.." Fatimah melihat Aditya dengan bersemangat

__ADS_1


"Iya sayang, aku juga ikut bahagia.." Aditya mencium tangan Fatimah.


"Rasanya seperti mimpi, aku sekarang mempunyai seseorang yang aku panggil ' Mama '...."


"Sesuatu yang sangat aku inginkan dari kecil.."


Fatimah menangis kembali.


Aditya menghentikan mobilnya.


"Sayang..sudah terlalu banyak air mata yang mengalir dari matamu selama ini, mulai sekarang kamu akan bahagia, bahagia bersama ibumu, anak anak kita dan aku.."


Fatimah menghapus air matanya.


"Terima kasih..aku juga sangat beruntung menjadi istrimu.."


"Mendengar ayahku yang kejam kepada ibuku..aku menjadi sangat beruntung mempunyai suami seperti kamu.."


"Kamu suami yang baik dan penuh kasih sayang.."


Aditya tersenyum, dia memeluk Fatimah.


"Aku yang beruntung menikahimu.."


---------------


"Aku senang mendengarnya Fatimah.." Ayu memeluk Fatimah dengan bahagia.


Fatimah menggelengkan kepala.


"Untungnya suamiku berhasil mendapatkan ginjal untuk mama, karena kalau tidak aku pasti akan memberikan ginjal aku untuknya.."


"Aku tahu kamu pasti akan melakukan itu.."


Fatimah menghela nafas.


"Kamu pasti tahu, aku sangat merindukan sosok ibu semenjak kecil.."


"Ketika aku tahu, bahwa ibuku masih hidup, entah apa yang telah dia perbuat kepadaku, aku menginginkan dia berumur panjang, aku ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya.."


Ayu mendekati Fatimah.


"Aku mengerti.."


"Sudah sekarang kamu jangan bersedih lagi, ibumu akan dioperasi hari ini, dan setelah itu insha Allah beliau akan sehat kembali, sehingga kalian bisa kembali bersama.."


"Aamiin.."

__ADS_1


---------


Fatimah dan Aditya kembali kerumah sakit, kali ini mereka membawa Zahra, sedangkan baby Zidane ditinggalkan bersama Ayu dan Bik Minah dirumah.


Semua orang sudah berkumpul di ruangan Annisa, selain Pak Handoko, ada Clara dan Kevin, juga ada Nabila dan ibunya.


Annisa menyambut kedatangan Fatimah sekeluarga, apalagi ketika Fatimah memperkenalkan Zahra kepadanya.


Annisa memeluk dan menciumi Zahra.


"Cantik sekali cucu nenek.."


Semua orang melihat dengan terharu, tak terkecuali Pak Handoko.


Pak Handoko merasa senang karena akhirnya bisa melihat Annisa istrinya tersenyum dengan bahagia karena telah bertemu dengan Fatimah, putri kandungnya sendiri.


Semua orang terlihat bahagia, apalagi ketika melihat kelucuan Zahra dan Nabila yang bermain bersama.


Tak lama, tim dokter yang akan mengoperasi Annisa datang kedalam ruangan bersama beberapa orang perawat, Fatimah baru mengetahui ternyata rumah sakit itu adalah milik Pak Handoko, sehingga sudah dipastikan mereka akan melakukan yang terbaik untuk Annisa dan itu membuat Fatimah tenang.


Annisa pergi ke dalam ruangan operasi diikuti oleh seluruh keluarganya, Annisa tak melepaskan pegangan tangannya dengan Fatimah, sesampainya di depan ruangan, Fatimah mencium kening ibunya.


"Doakan mama sayang.."


Fatimah mengangguk.


Clara dan Kevin melakukan hal yang sama.


Clara menghampiri Fatimah yang terlihat akan menangis.


Clara memeluk Fatimah.


"Mama kita akan baik baik saja.."


Fatimah mengangguk.


"Terima kasih selama ini sudah merawat mama..terima kasih banyak.." Ucap Fatimah melihat Clara dengan lembut.


Clara mengangguk dan tersenyum.


"Setelah mama sehat, kita berdua akan merawatnya bersama.."


Fatimah mengangguk dan mereka kembali berpelukan.


Kevin menghampiri Aditya dan mereka juga berpelukan.


"Jadi, sekarang kita adalah satu keluarga besar.." Ucap Kevin yang disambut hangat oleh Aditya.

__ADS_1


Handoko menghampiri keduanya, dia memeluk Aditya dan Kevin bersamaan.


Ingin sekali Fatimah menunggu ibunya selama proses operasi, akan tetapi mengingat anaknya Zidane tidak bisa ditinggalkan berlama lama, sehingga dia dan Aditya pamit kepada semua orang, tak lupa mereka meminta semuanya untuk selalu mengabari perkembangan operasi Annisa.


__ADS_2