
__ADS_3
"Zenith..." Teriak Ardelia di luar pintu kamar ku.
Aku bergerak melangkah kan kaki ku ke arah pintu. Tampak Ardelia yang sudah terlihat sangat marah seperti kesal terhadap sesuatu, bahkan karena itu aku melupakan kekesalan ku.
"Ada apa dengan mu?"
"Seharusnya aku yang tanya, aku sudah memanggil mu puluhan kali tapi kau tak mendengar ku." Ucap nya menabrak ku, ia menghentakkan kaki nya masuk ke dalam kamar ku.
Sabar, dia lagi PMS, tapi ada yang aneh. Bukan nya tadi aku teriak beberapa kali? Bahkan suara Devant terdengar sangat keras.
"Permata darah?" Ucap nya lagi, ia menatap ke arah kotak hitam yang berisi permata darah di atas tempat tidur ku.
"Darimana kau mendapatkan permata darah ini Zenith? Bukan nya kau tak pergi dari rumah ini dari kemarin?" Ucap nya menoleh ke arah ku dengan tangan kanan nya memegang sebuah permata darah yang sedikit kecil dari pecahan yang lain serta tangan kiri nya memegang kotak hitam itu.
"Seseorang memberikan permata darah itu kepada ku." Ucap ku lelah, seraya duduk aku di kursi tempat duduk Devant tadi.
__ADS_1
"Seseorang?" Ucap nya menatap ku, ia mengernyitkan dahi bingung.
"Apa kau tak tahu? Maksud ku apa kau tak mendengar apapun tadi? Dia membuat ku terdiam dan tak bisa berkutik, bahkan dia berbicara dengan cukup keras."
"Siapa?" Ucap nya mendekat ke arah ku, ia duduk di kursi satu nya seraya menghadap ke arah ku.
"Devant."
"Devant? Laki-laki yang penuh misterius itu? Daebak kenapa dengan mudah nya ia memberikan permata darah kepada mu?" Ucap nya.
Aku sedikit terkejut ketika ia mengucap kan kata Daebak? Bukan kah itu bahasa Korea? Apa yang ia pelajari selama ini?
"Tapi kenapa cuma tujuh pecahan permata? Yang dua kemana?" Ucap nya lagi ketika menghitung pecahan permata di dalam kotak persegi panjang di pangkuan nya.
"Aku gak tau Ardelia." Kesal ku.
__ADS_1
"Kita punya delapan permata bukan? Apakah kak Harley punya tiga yang lain?" Ucap nya lagi, semangat nya sangat membuat ku kesal.
"Kita bicarakan nanti." Ucap ku, aku beranjak berdiri ke arah meja samping tempat tidur ku, ku buka laci bagian atas dan meraih sebuah tas berwarna merah. Aku merogoh tas itu mencari di permata darah yang lain.
Kembali ku letakkan tas ku di dalam laci ketika dua permata darah yang ku simpan sudah berada di genggaman tangan ku. Aku kembali berjalan ke arah Ardelia dan mengambil permata darah yang ia pegang di tangan kanan nya, aku merebut kotak hitam itu dan memasukkan kedua permata darah ku ke dalam nya, aku menutup nya dengan cepat seraya kembali ku langkah kan kaki ku berjalan ke arah laci meja ku.
Ku masukkan kotak hitam itu ke dalam laci dan menguncinya dengan cepat, seraya ku simpan kunci laci tersebut di dalam sebuah kotak yang berada di atas meja setelah nya.
Ku arah kan pandangan mata ku menatap ke arah Ardelia yang menatap ku penuh kekesalan. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu namun aku tak ingin mendengar nya. Dengan langkah cepat aku menyeret nya keluar dari dalam kamar ku.
"Dasar Zenith sialan..." Ucap nya kesal, aku hanya mengabaikan nya.
_
_
__ADS_1
_
❤️❤️❤️
__ADS_2