Zenith In The New World

Zenith In The New World
Chapter 9


__ADS_3

Apa yang harus aku jawab. Dia terlihat sangat menakutkan.


"Ah tadi aku melihat seekor kelinci bersembunyi di sana, tapi waktu ku lihat ia hilang..." Ungkapku menyembunyikan apa yang ku lihat sebenarnya. Gak mungkin aku bilang kalau kelinci itu pakai pakaian perang, bakal di kira gila sama Albert. Kan gak lucu... Lagian ini malam... Pasti aku salah lihat.


"Lain kali jangan pergi sendirian..." Ungkap nya sedikit ketus.


Aku mengangguk takut.


"Masuklah...."


Aku mengikuti perkataan nya tanpa berbicara. Aku masuk mengistirahatkan tubuh ku di tempat tidur yang mereka siapkan.


____________


Keesokan pagi*


Terdengar suara berisik di samping tenda tempat ku tidur, ku buka mataku untuk memeriksa apa yang membuat ku terganggu. Aku melihat bayangan seekor kelinci yang ku lihat malam tadi dari dalam tenda. Ia sedang berjalan seperti memeriksa sesuatu. Memang kelinci yang sangat besar.


"Ah,,, aku berhalusinasi lagi..." Ku tutup mataku untuk merilekskan pikiranku. Kemudian ku buka kembali mataku menatap tempat kelinci itu berdiri. Tapi aku tidak melihatnya.


"Memang hanya mata ku yang salah lihat..." Ungkapku seraya beranjak berdiri keluar dari tenda.

__ADS_1


Ku pandangi suasana sekitar. Hembusan angin pagi mengenai kulitku. Sangat dingin. Ku usap-usap kedua tanganku kemudian ku letakkan di leherku. Kembali ku usap-usap lenganku agar tubuh ku merasa hangat.


Ku duduk di dekat perapian seraya menatap ke arah timur, matahari sudah keluar memberikan kehangatan kepada makhluk seperti kami. Kabut-kabut mulai hilang tergantikan dengan terangnya pencahayaan.


Embun-embun menetes di rerumputan hijau yang berada tak jauh dari tempat ku duduk.


"Udara pagi yang sangat menyegarkan.."


Aku menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya.


"Hufffthhh...."


"Kau sudah bangun nona?" Ucap seseorang di belakang ku.


Tampak kesatria Ashan berjalan ke arahku. Ia duduk tak jauh dari ku. Seperti yang ku lakukan tadi, ia mengusap-usap tangan nya untuk mendapatkan kehangatan.


Tak lama kemudian Albert keluar dengan wajah khas bangun tidur. Ia masih saja terlihat tampan walau dengan muka bantal nya.


Satu jam sudah kami membereskan tempat perkemahan, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Professor Auter Delta.


"Apa Professor Auter akan baik kepada kita?" Ucapku menoleh ke arah Albert yang sedang sibuk membaca sebuah buku.

__ADS_1


"Entahlah... Ku harap begitu." Ungkapnya seraya menutup buku itu. Ia menoleh ke arah ku.


"Apa kau gugup Zenith?" Ungkap nya tersenyum.


"Hemmm,,, aku tidak mengenalnya, jadi ku pikir itu membuat ku canggung kak..." Ungkap ku tanpa menoleh ke arah nya.


"Tenang lah,,, kita masih bisa mengatasinya." Ungkap nya menatap ke depan. Ia kembali membuka bukunya dan terus membaca nya.


Ia memang gemar membaca. Aku sangat bosan duduk di kereta kuda, ini bahkan tak membuat ku nyaman.


Kami sudah berada di kereta kuda selama belasan jam tapi kami belum sampai ke rumah Professor, sebenarnya rumah nya seberapa jauh sih? Heran aku tuh...


Ku ambil buku milik Albert yang berada di tumpukan buku yang ia bawa. Buku tentang ilmu pengetahuan alam. Ah buku sains...


Apa yang terdapat di buku ini sudah sering kita ketahui di dunia modern. Apalagi tahun 2020 adalah tahun yang sangat canggih.


Sekarang aku lebih bosan.


-


-

__ADS_1


-


"Nasib memang di serahkan kepada manusia untuk di garap, tetapi takdir harus di tanda tangani di atas materai dan tidak boleh di gugat kalau nanti terjadi apa-apa, baik atau buruk."


__ADS_2