
__ADS_3
"Zenith..."
"Aaaaaaaa..... Albert..... Hiks... Hiks... Hikss..."
"Katakan pada ku, aku salah lihat.... Dylan... Ku mohon..."
Aku berteriak, aku menangis, aku menyesal. Aku hanya mengharapkan jawaban yang ingin ku percaya sekarang.
"Zenith, maafkan aku..." Tukas Dylan, suara seraknya yang menangis memeluk ku begitu erat.
"Bagaimana bisa, ia meninggal kan ku begitu saja? Apa yang harus ku katakan pada ayah?"
"Dylan, tolong katakan ini salah..."
Aku hanya tak bisa mempercayai apa yang tidak ingin ku percayai sekarang. Jasad Albert tergantung di tengah-tengah halaman, pohon yang menjadi tempat untuk mencari kenyamanan menjadi tempat dimana ia menghancurkan seluruh hati ku dan tubuh ku.
"Mereka membunuh nya... Hiks... Hiks... Hiks..."
"Zenith tenang lah..."
"Kau benar, tidak seharusnya aku seperti ini..." Ucap ku seraya menghapus air mata yang membasahi pipi ku.
__ADS_1
"Dylan, bisakah kau membantu ku menguburkan jasad kak Albert?" Ucap ku, seraya ku tatap Dylan yang menganggukkan kepala nya.
_________
"Makan lah ini..."
Aku menoleh ke arah nya, tampak ia membawa nampan dengan semangkuk bubur dan segelas air putih berada di atas nampan itu.
Aku mendekat ke arah nya seraya duduk aku memakan bubur itu.
"Lezat bukan? Aku memasaknya dengan hati-hati..." Ucap nya, tersenyum ia kepada ku seraya memberikan segelas air minum yang ia raih dari nampan itu ke arah ku.
"Hemmm... Kau memasaknya dengan sempurna..." Jawab ku, aku tersenyum membalas nya.
Aku mengangguk, aku tersenyum menanggapi ucapan nya. Hanya saja aku tak ingin membuat nya khawatir, walau bagaimanapun hati ku terasa sangat sakit. Ini sangat menyakitkan.
Aku tahu, bagaimana Dylan dan Albert bersahabat sampai detik ini. Aku tahu mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama, aku tahu bagaimana mereka saling menyayangi seperti saudara kandung. Dan aku tahu bagaimana sakit nya hati Dylan sekarang.
"Kenapa kau menangis?" Ucap nya, seraya ia menyentuh pipi kiri ku. Ia menyeka air mata yang jatuh membasahi pipi ku.
"Ahhh... Tidak... Aku hanya mengingat sesuatu... Ardelia... Kak Harley... Apa mereka baik-baik saja?"
__ADS_1
"Percayalah, mereka baik-baik saja..." Jawab nya, ia tersenyum lembut.
Berdiri ia seraya membawa nampan itu, langkah kaki yang begitu kuat berjalan dengan perlahan meninggalkan jejak apapun yang terkenang. Punggung nya terlihat begitu tenang dan aman, menyembunyikan nya dengan begitu baik dan terawat.
"Huhhhh... Bagaimana pun dia benar-benar seperti Albert..."
Aku berjalan mengikuti nya dengan perlahan, sapu tangan yang ia bawa terjatuh sehingga aku berniat memberikan sapu tangan itu kepada nya. Namun, suara tangis terdengar tak jauh dari ku. Aku berhenti, aku melihat Dylan menangis di dekat meja ia meletakkan nampan itu.
"Kau kembali membuat ku sedih Dylan... Aku akan memberikan sapu tangan mu nanti..."
Aku kembali berjalan meninggalkan tempat itu, aku duduk kembali di kursi yang ada di lorong tadi seraya pandangan ku menatap ke sekitar halaman, aku mengingat tempat ini. Dimana aku melihat Albert masuk ke dalam perpustakaan itu.
"Tunggu...."
"Kenapa hanya Albert? Kenapa mereka hanya membunuh Albert? Bagaimana dengan yang lain? Apakah mereka mengira jika Albert penyihir yang di ramalkan itu?"
"Ya Tuhan... Kenapa aku hidup di tempat seperti ini?"
_
_
__ADS_1
_
❤️❤️❤️
__ADS_2