
__ADS_3
Aku biar kan tubuh ku terbaring tanpa berubah posisi, ku pejam kan mata ku dengan segera. Ingatan itu masih saja melekat di kepala ku. Kembali ku buka mata ku menatap ke arah lampu yang ada di atas ku.
Cahaya keemasan yang keluar dari lampu itu membuat ku semakin memikir kan kembali ucapan laki-laki itu.
"Apa aku mengenal nya?"
"Bahkan jika aku mengenal nya aku tak ingat apapun."
Ku arah kan pandangan mata ku menatap ke sekeliling kamar ku, semua nya tampak sama tak ada yang berubah sedikit pun. Aku sudah memiliki delapan permata sekarang, aku tak pernah berpikir jika aku bisa mengumpulkan permata darah dengan cepat.
"Aku akan menanyakan tiga permata darah yang lain kepada kak Harley besok."
"Lebih baik aku tidur sekarang."
____________
"Apa yang kau lamunkan?" Ucap seseorang yang berada di belakang ku. Aku menoleh menatap nya yang sedang berbicara kepada Albert yang sedang duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari ku.
Albert hanya menoleh menatap nya datar. Ia terdiam seperti memikirkan sesuatu yang sangat sulit ia katakan.
"Hei Zenith... Ada apa dengan mu?" Ucap Ardelia yang berjalan menghampiri ku dari arah kanan tubuh ku.
__ADS_1
"Kau sendiri?" Tatap ku lekat.
"Hemmm... Aku sangat bosan, kau tau itu..." Ucap nya, mendekat ia ke arah ku seraya mengeluarkan raut wajah bosan.
"Lalu, kau lihat mereka berdua?" Tunjuk ku ke arah Albert dan Dylan.
Ku alih kan pandangan mata ku menatap Dylan yang meletakkan satu kotak besar ke arah Albert, tidak maksud ku ia meletakkan kotak itu di samping Albert.
Dylan membuka kotak itu dengan arah pandangan nya masih tetap menatap Albert yang tak bergeming sedikit pun.
"Apa kau masih memikirkan tentang Zenith?" Ucap Dylan, dengan kedua tangan nya sibuk mencari sesuatu. Sedang kan Albert masih saja terdiam memandangi sebuah tempat yang ada di hadapan nya.
"Lihat ini..." Ucap Dylan seraya mengangkat sebuah pisau kecil, yang memiliki warna hitam di pegangan pisau nya.
"Aku menemukan kotak ini di gudang." Ucap Dylan sembari duduk ia di samping kotak itu.
"Apa kau tak menyukai senjata seperti ini? Ini sesuatu yang paling praktis." Ucap Dylan masih tak menghiraukan diam nya Albert.
"Lihat lah kakak mu, sangat dingin." Ucap Ardelia, aku menoleh menatap nya.
"Pantas saja, kau pun juga begitu." Ucap nya lagi tanpa menoleh ke arah ku.
__ADS_1
"Bukan kah itu yang membuat kalian tertarik? Kau bahkan menyukai ku." Ucap ku menggoda nya, ia menatap ku penuh tanda tanya.
"Apa kau bunglon?" Ucap nya kesal, ia berbalik pergi meninggalkan ku sendirian di sini.
"Ardelia..." Gumam ku menatap kepergian nya.
Ku ikuti langkah kaki nya yang berjalan dengan cukup cepat, sesekali pandangan mata ku menatap rambut panjang nya yang bergerak mengikuti gerak tubuh nya.
"Kau kan tau, sikap ku tergantung mood ku." Tukas ku mendekati nya. Ia tak menghiraukan ku sama sekali.
"Kau memang perempuan aneh." Ucap nya tiba-tiba.
"Yah... Aku tak seagresif itu." Jawab ku tersenyum.
"Apa kau sudah bertemu dengan kak Harley? Aku sama sekali tak melihat nya hari ini...!" Ucap nya, ia menoleh menatap ku.
_
_
_
__ADS_1
❤️❤️❤️
__ADS_2