
__ADS_3
Ku buka mataku perlahan untuk membiasakan penglihatan ku terhadap cahaya. Setelah beberapa detik aku membuka mataku, aku menatap sekeliling mencari keberadaan Albert dan Edyn seraya beranjak duduk.
Tapi aku tidak menemukan nya, ku tatap api yang sudah mulai padam, asap yang di keluarkan nya membuat mata ku sedikit perih.
Saat aku ingin berdiri mencari keberadaan mereka, aku melihat Albert dan Edyn membawa dua ekor kelinci yang sudah di bersihkan di tangan mereka.
"Bagaimana tidurmu Zenith?!" Ungkap Albert seraya meletakkan daging kelinci itu di atas dedaunan. Kemudian ia meletakkan busur panah di dekat ku seraya kembali berjalan ke arah daging kelinci itu.
"Lumayan..." Ungkapku menatap Edyn yang mulai menghidup kan api lagi...
Dia menancapkan dua buah kayu ke dalam masing-masing daging dan memanggangnya di atas bara api.
"Aku butuh air..." Ungkapku seraya memegang leherku yang terasa sangat haus.
"Ikutlah denganku..." Ungkap Albert seraya berjalan pergi ke arah kiri bangunan. Aku mengikuti nya seraya ku arahkan pandangan mataku ke sekitar, bangunan ini benar-benar hancur.
Setelah berjalan sedikit jauh, langkah kaki Albert berhenti dan menoleh ke arah ku. Aku mendengar suara aliran air.
"Lihatlah di sana..." Ungkapnya seraya menunjuk kan sebuah aliran sungai yang sangat jernih.
"Kau bisa meminum nya Zenith..." Ungkapnya lagi seraya berjalan turun di antara bebatuan.
"Aku akan menunggu mu di sini..." Ungkapnya lagi...
Ku langkah kan kaki berjalan ke arah aliran sungai dengan perlahan karena batu-batu yang ku pijak cukup licin, penuh dengan lumut.
__ADS_1
Ku tatap air itu sebelum ku minum, aku hanya ingin memastikan tidak ada apa-apa di air ini. Mana tau ada buaya, kan gak lucu...
Aku meminumnya seraya membasuh wajah dan kedua tangan ku.
"Sangat menyegarkan..."
Aku sudah tidak merasakan kehausan lagi, memang air adalah penyelamat hidupku.
"Cepat lah..." Ungkap Albert yang terburu-buru.
Dia membuat kebahagiaan ku menghilang dengan sekejap.
Aku beranjak berdiri berbalik ke arahnya dan kembali ke tempat kami beristirahat.
"Makanlah..." Ungkapnya merobek daging kelinci itu agar ukurannya menjadi lebih mudah untuk ku makan. Ia memberikan nya kepadaku.
Itu masih sangat panas? Tidakkah tangannya terluka?
Aku mengambilnya dengan terpaksa dan kembali ku letakkan di atas dedaunan agar tangan ku tidak melepuh.
Ku tatap Albert yang sedang duduk di samping Edyn dan mulai memakan daging kelinci panggang itu.
Aku menyentuh daging kelinci itu, dan ku rasakan dagingnya yang sudah menghangat. Aku memakannya, dan... aku sangat bahagia...
Aku sudah lama tidak merasakan daging seenak ini.
__ADS_1
Ah,, mungkin aku hanya kelaparan. Kami memakan dengan rakus tanpa menyisakan daging sedikit pun hanya tulang belulang yang tersisa.
"Kita akan melakukan perjalanan lagi..." Ungkap Edyn memeriksa barang bawaan nya...
"Baiklah..." Ungkapku semangat.
"Kita akan kemana lagi?!" Ungkap Albert menatap Edyn.
"Kita akan pergi meninggalkan wilayah ini..." Ungkapnya lagi.
Huh... Kenapa dari awal kami tidak langsung sampai di sana, kenapa harus di wilayah Lordeword? Sangat menyulitkan bagi penyihir baru seperti kami. Maksudku calon penyihir...
"Apa perjalanan kita sangat jauh?!" Ungkapku sedikit penasaran.
Edyn hanya menatap ku sebelum menjawabnya.
"Kalian akan tahu itu..." Ungkapnya beranjak pergi.
-
-
-
"Tak ada batasan dalam hidup, kecuali yang kau buat sendiri."
__ADS_1
__ADS_2