
__ADS_3
Ku arah kan pandangan ku menatap ke sekitar, sebuah bongkahan patung yang berada di tengah-tengah halaman itu membuat ku sedikit merasa aneh. Seperti nya ada sesuatu di sana.
"Kak..." Panggil ku.
"Kita sudah memiliki sepuluh permata darah bukan?" Tanya ku, aku menatap ke arah nya. Ia mendekat ke arah ku dengan tatapan nya menatap ke sekeliling tempat itu.
"Hemmm... Kita perlu mencari permata darah satu lagi untuk mencegah Lordeword bangkit." Ucap nya.
"Tapi bukannya permata darah yang kurang itu di miliki oleh Lordeword sendiri?" Sambung Dylan yang membuat Albert terdiam.
"Lalu, bagaimana kita mendapat kan nya jika yang memiliki nya adalah musuh itu sendiri?" Tambah nya lagi. Kami berdua hanya terdiam, aku tak memiliki rencana apapun.
"Tapi... Tunggu... Seperti yang kita tahu, selama ini yang aktif menyerang Angeland itu adalah bawahan nya bukan? Bisa jadi, Lordeword sekarang masih berada di tempat yang sama."
"Apa yang kau maksud kan Zenith? Maksud mu mereka yang bertindak hanya melalui perintah penyihir lain bukan Lordeword?" Ucap Dylan yang menatap ku sembari mengernyitkan dahi nya, ia terlihat sedang berpikir kuat.
__ADS_1
"Hemmm..." Aku mengangguk.
"Dan sekarang aku tau siapa pengkhianat itu, seseorang yang kita yakini selama ini sebagai seseorang yang sangat penting untuk Oxdeword ternyata hanyalah pengkhianat yang menyamar bertahun-tahun..."
Aku berdecak kesal memikirkan bagaimana semua penyihir tertipu oleh wajah lansia nya. Bagaimana bisa aku tak menyadari sebelum nya. Dan bagaimana dengan mimpi ku, kenapa semua nya menjadi tak terkendali sejak saat itu, saat dimana aku tahu tentang permata darah itu.
"Jangan bilang Professor Ghofrent Rembant yang kau maksud kan Zenith?!..." Ucap Dylan yang begitu terkejut.
"Kau tak salah menebak Dylan, memang dia lah pengkhianat yang selama ini bersembunyi dengan sangat epic tanpa di curigai oleh siapapun."
"Aku seperti melakukan perjalanan kilas balik saat terjatuh dari lubang itu... Dan kak, kau tak salah kenapa kau merasa tak asing dengan tempat ini. Di sini lah ayah dan ibu bertarung dengan Lordeword..." Jelas ku, aku menatap manik mata Albert yang menatap ku dengan terkejut. Kemudian ia berpaling menatap ke arah sekitar dengan tatapan mata yang begitu merindukan sesuatu.
"Kau benar Zenith, aku mengingat sesuatu..." Ucap nya, berjalan ia ke arah kolam yang sudah terpenuhi dengan tanah.
"Aku mengingat bagaimana Lordeword ingin menculik mu... Dan aku mengingat bagaimana ibu kita merelakan jiwanya untuk menghancurkan Lordeword..." Ucap nya terdengar sendu. Tatapan matanya begitu tenang, namun tubuh nya sedikit bergetar dengan kedua tangan nya mengepal kuat.
__ADS_1
"Apa kau mengingat seseorang yang berada di belakang Lordeword?" Tanya ku, mendekat aku ke arah nya. Ia menoleh ke arah ku dengan tatapan yang begitu kuat.
"Professor Ghofrent..." Ucap nya penuh penekanan.
"Sialan... Aku akan membunuh nya..." Teriak nya keras. Api amarah terlihat jelas di kedua mata nya yang memerah, api kebencian itu membara dengan sangat kuat menguat kan amarah sang pemilik.
"Aku turut berduka atas masa kecil kalian, tapi aku tak menyangka separah itu perbuatan mereka." Ucap Dylan, ia mendekat seraya menepuk pundak Albert pelan, kemudian ia menoleh ke arah ku dengan tatapan sendu.
"Sudah berlalu, simpan tatapan mu itu Dylan..." Ucap ku, seraya sinis aku menatap kedua mata nya yang langsung berubah menjadi tajam.
_
_
_
__ADS_1
❤️❤️❤️
__ADS_2