
__ADS_3
"Pak rubah..." Panggilku menghampiri nya tanpa berhenti. Kami berjalan berdampingan dengan Albert berada di belakang kami.
"Apa sekawanan kelinci yang kita lihat itu bukan sekutu kita?!" Ungkapku penasaran.
Edyn menjawab ku tanpa menoleh. Ia sibuk memperhatikan sekitar.
"Kau tau itu Zenith..." Ungkapnya.
Aku berjalan dengan perlahan untuk berada di belakangnya... Ku tatap Albert yang sedang melihat sekeliling tanpa menghiraukan ku.
Dia adalah seorang anak dari Duke Axsembeurg yang terkenal dingin, tapi aku juga bisa melihat dari raut wajahnya bahwa dia sedikit ketakutan dengan ini semua.
Ku rasakan kaki ku yang sangat kelelahan karena terus berjalan selama berjam-jam, sebenarnya Edyn akan membawa kami kemana? Bukankah ini terlalu jauh? Dan kami belum beristirahat sama sekali.
Belum lagi aku sangat mengantuk dan lapar.
"Apa kau kelelahan Zenith?!" Ungkap Albert menoleh ke arahku...
Aku menatapnya sedikit kesal, karena ia mengetahui dengan jelas bahwa aku sangat kelelahan dan mengantuk.
"Bertahanlah..." Ungkapnya lagi.
"Hemmm...."
__ADS_1
Aku tidak punya tenaga untuk marah dengannya.
Ku perhatikan Edyn yang sedang memeriksa arah jalan, karena di tempat kami berhenti ada dua arah jalan yang berbeda. Ia melihat sekeliling dengan serius dan berjalan ke arah sebelah kiri, timur.
Aku mengikutinya dengan perlahan karena ku rasakan kaki ku yang sudah sangat sulit untuk berjalan.
Dari kejauhan aku bisa melihat sebuah bangunan yang sudah runtuh dengan kerusakan yang sangat parah, namun ada beberapa tempat yang masih berdiri dengan kuat.
Ku tatap Edyn yang berlari dengan cepat, melihat sekitar dengan raut wajah cemasnya...
"Apa yang terjadi?!" Ungkapnya bingung.
Tiba-tiba hujan turun dengan deras mengguyur semua hal yang berada di dunia ini. Dengan cepat aku dan Albert segera berteduh di bawah bangunan yang masih memiliki atap.
Albert segera menarik nya untuk berteduh walau terjadi penolakan dari Edyn. Aku masih menatap Edyn yang sangat sedih melihat bangunan ini yang sudah hancur berkeping-keping. Sepertinya ia tidak mengetahui jika tempat ini sudah tidak berbentuk lagi.
Aku dan Albert hanya saling tatap tanpa berbicara sedikit pun, kami ingin memberi waktu kepada Edyn untuk perasaan nya yang sedang terguncang.
"Apa sebaiknya kita membuat api.?!" Ungkap ku kepada Albert dengan Edyn berada di sebelah kiri Albert.
Mereka hanya berdiam.
__ADS_1
"Baiklah biar aku yang membuat perapian..." Ungkapku mengabaikan nya dan langsung mencari ranting-ranting kayu kering di sekitar tempat ku berteduh.
Aku sudah mengumpulkan nya dan membuat api. Beberapa menit kemudian aku berhasil membuat perapian yang berguna untuk menghangatkan tubuh kami.
Ku usap-usap kan kedua telapak tanganku di atas api, kemudian ku sentuh leherku yang kedinginan.
"Hangat..." Ku rasakan kehangatan yang menyentuh kulitku. Aku sangat mengantuk dan tertidur di sudut dekat bongkahan beton dengan posisi terduduk bersandar.
Aku memejamkan mataku untuk tertidur, aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar karena mataku sudah sangat tidak kuat lagi untuk melihat.
Aku masih bisa mendengar samar-samar bahwa Albert dan Edyn sedang berbicara, namun aku hanya bisa mendengar mereka bergumam. Maksudku aku tidak mendengar dengan jelas.
Cukup lama mereka berbicara dan akhirnya mereka terdiam. Seraya ku rasakan Albert membenarkan jubahku.
-
-
-
"Mencintai diri sendiri berarti memahami bahwa kamu tidak perlu menjadi sempurna untuk menjadi baik."
__ADS_1
__ADS_2