Zenith In The New World

Zenith In The New World
Chapter 98


__ADS_3

Hak... Hak... Hak...


Terdengar suara Ardelia yang menunggangi kuda dengan cepat ke arah sisi timur hutan. Ku tatap ia yang sedang fokus menatap sekitar dengan memakai jubah berwarna hitam pekat yang menutupi tubuh nya. Sesekali aku melihat nya menoleh ke belakang. Ku tarik tali kuda ku dengan cepat mengikuti Ardelia dengan cepat.


Kami sudah menempuh perjalanan selama kurang lebih empat jam, sekarang kami beristirahat di bawah pohon besar yang menghadap langsung ke sebuah danau yang cukup luas di hadapan kami. Kami sudah cukup jauh keluar dari wilayah rumah kakek Eral, namun sekarang kami tidak tau tepat dimana kami sekarang.


Kami memutuskan untuk berhenti sejenak.


Aku duduk bersandar di dahan pohon besar yang tumbang dengan sebuah air minum berada di genggaman tangan ku. Ku tatap Ardelia yang berdiri mengambil tas di atas kuda, tampak ia berbalik dengan membawa sebuah bungkusan yang sudah ia ambil dari dalam tas nya.


Ia menatap ku dan menghampiri ku.


"Ini rebusan ubi yang kita bawa tadi..." Ungkapnya seraya membuka ikatan bungkusan kain itu di atas tanah.


Tampak beberapa potongan ubi jalar berwarna ungu dan beberapa ubi kayu yang telah matang berada di bungkusan itu.


Aku mengambil satu potong ubi jalar dan langsung memakannya.


Ku arahkan pandangan mata ku ke sekeliling hutan yang ada di hadapan ku, tampak keheningan yang sangat dalam tanpa suara makhluk hidup apa pun, hanya semilir angin yang cukup kuat menghempas dedaunan yang ikut berterbangan.

__ADS_1


"Kita sudah berjalan cukup jauh bukan?" Ucap Ardelia, aku menoleh menatap nya. Ia menatap ku dengan pandangan aneh yang tak asing lagi bagi seorang Ardelia.


Aku mengangguk.


"Mereka pergi beberapa hari lalu, tak memungkinkan mereka akan menetap di sini." Jawab ku, ku alihkan pandangan mata ku ke depan.


"Jika kita memiliki alat komunikasi mungkin itu lebih baik, misal handphone?" Gumam ku pelan.


"Hanya burung merpati, tapi bagaimana caranya burung itu tahu tentang keberadaan mereka? Bukan kah kita sungguh sial?" Ucap nya kesal, ia masih bisa mendengar gumaman ku ternyata.


"Apa kau tidak mengirim pesan kepada ayah mu?" Ucap ku, aku menatap nya.


"Bagaimana dengan sihir teleportasi milik mu?"


"Kau tau, kita hanya bisa berteleportasi jika energi kita kuat untuk itu..." Jawab nya lemah.


"Ya sangat di sayang kan, sihir itu menguras energi kita dengan kuat... Jika tidak di perlukan, kita tidak perlu melakukan teleportasi..." Jawab ku lemah.


"Hemmm..." Angguk nya, ia memejamkan matanya.

__ADS_1


"Kita jangan mengirim pesan lagi, aku tak berharap salah satu dari mereka menemukan kita..." Ucap ku kuat.


"Ya. Aku tak akan mengirimkan pesan lagi..." Ucap nya, ia tak membuka mata nya.


"Del, aku tak pernah mengetahui tentang ibu mu... Kau tak pernah menceritakan nya!." Tukas ku.


"Ibu ku?" Ia membuka mata nya menatap ke arah depan nya.


"Entahlah... Tidak ada yang istimewa dengan cerita ibu ku..." Ucap nya, terbesit kesedihan di mata nya.


"Apa ibu mu baik-baik saja?" Ucap ku hati-hati.


Ia hanya terdiam tak bergeming sedikit pun.


_


_


_

__ADS_1


❤️❤️❤️


__ADS_2