
__ADS_3
"Namaku Edyn,,," Ucap rubah merah itu yang sedang kelelahan.
Aku dan Albert menatap lekat ke arah Edyn.
Sepertinya tubuh Edyn sedikit lemah, aku melihat raut ekspresi wajahnya yang sedikit gemetaran. Aku tau alasan kenapa dia bersikap datar, dia hanya menunjukkan bahwa dia kuat padahal ia mengalami suatu kesusahan yang di sembunyikan nya.
Albert menoleh menatapku, dia memberi isyarat dengan wajah sendunya. Aku mengerti apa maksudnya.
"Nama mu sangat bagus pak rubah..." Ungkapku tersenyum hangat ke arahnya.
Aku hanya berpikir aku akan menghormati nya, walau dia bukanlah manusia. Kenapa aku memanggil nya dengan sebutan pak rubah? Karena aku yakin usianya lebih tua dari kami berdua.
"Ya, Zenith benar... Maafkan kami yang bersikap angkuh tadi..." Ucap Albert menatap Edyn dengan tersenyum.
Edyn menatap ke arah kami dengan tatapan sendu, aku bisa melihat dari matanya bahwa ia tersentuh dengan kami.
__ADS_1
"Lebih baik kita cepat pergi dari sini.." Ungkapnya beranjak berdiri pergi meninggalkan kami berdua.
Aku dan Albert segera mengikuti nya dengan tergesa-gesa, sedikit berlari. Ia menuntun kami dengan sangat baik. Ku arahkan pandangan mataku ke sekeliling hutan ini, namun aku tidak menemukan binatang atau hewan yang normal. Mereka semua sepertinya bisa berbicara.
Yang membedakan nya hanya jahat dan baiknya binatang tersebut. Bagusnya aku dan Albert bertemu dengan Edyn, jika tidak entahlah... Apa mereka akan menculik kami? Aku pun tak tahu.
"Apa kau percaya kita berada di sini kak?!" Ungkapku mencairkan suasana yang sedari tadi hanya diam.
"Kau tau jawabannya Zenith..." Ungkapnya tersenyum menoleh menatapku.
"Sangat tidak masuk akal sebenarnya, tapi ini memang kenyataan!?" Aku hanya bisa tertawa tanpa membayangkan, karena jika di bayangkan semuanya tidak masuk akal dan itu akan membuat ku semakin suit memahami, bingung.
Aku berjalan sedikit menjauh dari Edyn karena takut menubruk nya lagi, tatapan nya sangat menakutkan. Ku tatap ia yang sedang berhenti di depan sebuah tempat yang lebih rendah daripada tempat kami berdiri. Di sana terdapat sebuah tumpukan kayu yang berbentuk seperti setengah lingkaran.
Kami turun mengikuti Edyn yang membuka pintu itu, ternyata itu adalah rumahnya. Aneh sih ya... Bukannya rubah tinggal di dalam tanah? Terus kenapa dia tinggal di tempat seperti itu?
__ADS_1
"Cepat masuk..." Ungkapnya tergesa-gesa.
Ia menutup pintu rumahnya dengan cepat dan menguncinya menggunakan sebongkah kayu.
Aku dan Albert masuk dengan sedikit menundukkan tubuh karena tempat ini terlalu pendek untuk kami. Setelah di lihat-lihat ternyata rumah kecil milik Edyn lumayan luas. Aku dan Albert duduk di kursi kayu dengan di tengah-tengahnya terdapat meja bundar, dia kah yang membuat nya? Sangat menarik.
"Apa kau tinggal sendirian pak rubah?!" Tanya Albert penasaran.
Edyn tiba-tiba berhenti dari kegiatannya yang sedang melakukan sesuatu, aku memandangi Albert yang ceroboh mengatakan itu. Ku rasa ada sesuatu yang membuat Edyn terdiam. Apakah keluarganya pergi atau di culik? Sangat masuk akal jika keluarga Edyn benar-benar di culik oleh mereka karena keluarga Edyn tidak berpihak padanya.
"Ya, aku hanya tinggal sendiri di sini..." Ungkapnya melanjutkan membuat sesuatu.
-
-
__ADS_1
-
"Kadang-kadang pilihan terbaik adalah menerima."
__ADS_2