
__ADS_3
"Pikirkan baik-baik... Jika dirimu tak berada di dalam penjara, masih ada kemungkinan kau tak tertangkap bukan?"
Aku mengangguk.
"Lalu jika mimpi mu kita bandingkan dengan sekarang, apa yang berbeda? Salju bukan?"
Aku kembali mengangguk.
"Bulan purnama tahun ini akan bertepatan dengan turunnya salju jika di lihat dari mimpi mu..."
"Kau benar... Lordeword bangkit di saat bulan purnama... Namun anehnya kita hanya mendengar jika ia bangkit di tubuh orang lain bukan? Tapi di dalam mimpi ku itu ia bangkit dengan tubuh aslinya."
"Bagaimana jika benar? Bukan kah ia tak terkalahkan? Tubuh aslinya sangat kuat, siapapun tak akan bisa mengalahkannya. Ramalan itu tak kan berguna jika Lordeword berada di tubuh aslinya."
"Jika memang begitu, kita harus mencegahnya..." Ungkap Ardelia serius.
"Apa kau memimpikan hal yang lain? Maksudku sesuatu atau benda yang di gunakan untuk mengambil jiwa penyihir murni? Yang ku dengar dari ayahku itu sejenis batu permata jika tak salah ku ingat..." Ungkap nya lagi.
"Ahhh ya... Kau benar, di saat Professor Robert mengambil jiwa mereka, ia menggunakan permata merah..." Ungkap ku.
"Permata merah? Bukan kah itu permata darah? Dulu ayah ku pernah bercerita jika permata darah memiliki beberapa keping yang di miliki oleh beberapa penyihir istimewa..." Ungkap nya lagi.
"Jika kepingan itu di satukan, pemilik nya menjadi tak terkalahkan..."
"Maksudmu kita bisa mengalahkan Lordeword menggunakan permata darah itu?" Ungkap ku menatap nya lekat.
__ADS_1
"Kau benar... Namun ingat lah, salah satu permata itu berada di tangan Lordeword bukan?" Ungkap nya mengingatkan ku.
"Jika apa yang kau ucapkan benar, bukan kah permata darah itu memiliki sebelas keping, di karenakan penyihir istimewa terdahulu memiliki sebelas penyihir!!!"
"Dan salah satunya ada di ibu mu bukan?" Ungkap Ardelia.
"Sepertinya aku mengetahui dimana kepingan ibunda ku..." Ungkap ku menatap nya tersenyum.
"Baiklah... Berhati-hatilah... Kau harus menjaga dirimu sendiri sekarang, jangan mudah percaya terhadap siapapun... Dan jangan membuat masalah yang tak berarti lagi... Ok."
"Tenang lah, kau bisa mempercayakan semua itu kepada ku." Ungkap nya membalas senyuman ku.
__________
Aku menghampiri keduanya, tatkala melihat salah satu dari mereka memanggil ku.
"Zenith..." Panggil Harley, kakak tertua ku.
Aku tersenyum.
"Apa yang kau lakukan di sini? Apa ada yang kau ingin kan?" Ungkap nya menatap ku lekat.
"Hemmm..." Aku duduk di kursi yang ada di hadapannya.
"Belum saatnya aku meminta kak..." Ucap ku tersenyum.
__ADS_1
"Apa kau menemukan pengkhianat itu kak?" Ungkap ku serius.
"Apa yang kau ketahui tentang pengkhianat?" Ungkap Albert yang tiba-tiba berbicara kepada ku.
Aku menoleh, kemudian aku mengabaikannya.
"Belum..." Ungkap Harley menggelengkan kepalanya.
"Kak... Boleh kah aku tau darimana kak Albert dan Dylan mendapatkan luka parah itu?" Ungkap ku menatap nya serius.
"Kami hanya mencari sesuatu..." Ungkap Albert.
"Lalu apa yang membuat kalian bisa terluka parah seperti itu?" Ungkap ku menekankan kata terluka parah.
"Binatang buas menyerang kami..." Ungkap Dylan yang tiba-tiba datang tanpa peringatan.
"Benarkah? Lalu binatang apa itu?"
_
_
_
❤️❤️❤️
__ADS_1
__ADS_2