
__ADS_3
"Apa yang kakek maksud inti jiwa?" Ucap Ardelia menatap ku dan kakek itu bergantian.
"Kau benar nak... Laudya mengorbankan inti jiwa nya untuk menyegel kekuatan Lordeword tersebut... Karena kehilangan sesuatu yang sangat berarti tersebut, ia menghilang tanpa jejak." Ucap kakek itu lagi terdengar sendu.
"Jadi ibu ku mengorbankan dirinya?."
"Ibu mu adalah pahlawan, kau harus bangga akan hal itu Zenith..." Ucap Ardelia menepuk pundak kiri ku. Aku menatap nya termenung.
"Maafkan diri nya yang tak bisa menemani mu dan merawat mu..." Ucap kakek menatap ku.
Aku menatap mereka berdua bergantian.
"Tidak... Aku tak membenci nya. Aku bangga memiliki ibu yang menjadi pahlawan bagi semua orang... Aku tak akan melupakan itu..." Ucap ku tersenyum.
"Syukurlah... Ku harap kau memiliki tekad yang kuat seperti ibu dan ayah mu, kau juga nak..." Ucap nya menatap kami berdua bergantian.
Kami berdua mengangguk serempak.
"Tunggu... Tadi kalian berdua bilang jika sedang mencari kakak kalian bukan?" Ucap kakek itu, aku mengangguk begitu pun Ardelia.
"Apa kakek melihat beberapa orang lewat dari rumah ini?" Ucap Ardelia sopan.
__ADS_1
"Beberapa hari yang lalu, kakek bertemu dengan beberapa orang mencari adik mereka... Sepertinya kalian lah yang mereka maksud..." Jelas kakek itu.
"Benarkah? Lalu mereka pergi ke arah mana kek?" Ucap ku senang.
"Mereka berjalan ke arah timur nak..." Ucap nya.
"Walau sudah beberapa hari yang lalu, mungkin saja mereka masih tak jauh dari sini..." Ucap nya lagi.
"Terimakasih kek, kami akan pergi mencari mereka..." Ucap ku di angguki Ardelia.
"Ini sudah malam, terlalu berbahaya untuk penyihir murni seperti kalian..." Ucap kakek itu menatap kami berdua dengan tatapan cemas.
"Menetaplah malam ini di sini. Lalu kembali lah mencari saudara kalian esok saja..." Ucap nya memaksa.
"Benar kata kakek, ini terlalu berbahaya untuk kita berdua..." Ungkap Ardelia mengangguk kan kepala nya.
"Baik lah kek, kami akan menginap malam ini... Maaf kan kami telah merepotkan kakek..." Ucap ku merasa merepotkan kakek tua yang ada di hadapan ku ini.
"Tidak apa nak..." Ucap nya tersenyum hangat.
"Nama kakek Eralden... Panggil saja kakek Eral ..." Ucap nya lagi.
__ADS_1
"Baik kek..." Ucap kami berdua.
Ku tatap kakek Eral yang beranjak berdiri dari kursi nya, ia berjalan ke arah sebuah kamar yang ada di belakang nya. Ia buka pintu seraya ia menoleh menatap kami berdua dengan tersenyum.
"Tidur lah di kamar ini..." Ucap nya, seraya ia berjalan ke arah kamar yang lain.
"Kakek akan tidur lebih dulu di kamar ini, kalian lebih baik segera tidur.." Ucap nya, masuk lah ia ke dalam kamar yang berada tak jauh dari kamar yang di berikan kepada kami berdua.
"Terimakasih kek..." Ucap kami berdua serempak.
Kami berdua masuk ke dalam kamar tersebut, tidak ada yang istimewa dengan kamar itu. Karena kamar itu memiliki kemiripan seperti kamar yang ada di rumah-rumah yang lain.
"Apa kau mempercayai kakek itu?" Ucap ku, ku tatap Ardelia yang sedang berbaring di tempat tidur yang cukup sempit untuk kami berdua.
Ia menatap ku, kemudian ia mengalihkan pandangan mata nya beberapa detik kemudian.
"Entah lah... Aku tak berharap kakek itu benar-benar baik, tapi aku juga harus waspada kepada penyihir seperti kakek Eral..." Ungkap nya.
_
_
__ADS_1
_
❤️❤️❤️
__ADS_2