Zenith In The New World

Zenith In The New World
Chapter 170


__ADS_3

"Apa yang kau lakukan dengan putri ku..." Teriak ayah ku yang sedang sekarat, mereka kalah dari Lordeword.


"Aku akan membunuh nya untuk membuat tubuh ku semakin kuat Jassfer ha ha ha..."


"Jangan harap kau bisa membunuh putri ku Lordeword..." Ucap ibu ku yang tiba-tiba datang dengan menggenggam tongkat sihir milik nya, ia mengacung kan tongkat itu kepada Lordeword.


"Kembalikan putri ku...." Teriak ibu ku seraya mulai menyerang Lordeword dengan kekuatan yang begitu dahsyat.


Doom... Doom... Doom....


"Uhukk... Uhuk... Uhuk... Kau memang yang terkuat Laudya..."


Lordeword terkapar dengan darah muncrat keluar dari mulut nya, ia tertawa walau dalam keadaan sekarat.


Ku arah kan pandangan mata ku menatap ke arah Professor Ghofrent yang ingin menghilang namun ibu ku berhasil mencegah nya, namun di saat itu lah Lordeword menyerang ibu ku.


Tampak ayah membantu ibu dengan menyerang Professor Ghofrent dengan cepat, ibu ku mencari kesempatan untuk merebut diri ku dalam versi bayi tersebut.

__ADS_1


Ia berhasil mengambil diri ku, namun di saat yang bersamaan ia melemparkan tubuh ku ke arah paman Asheta. Ibu ku tampak berdiri dengan di sekeliling nya terdapat kekuatan yang begitu besar.


"Laudya.... Jangan...." Teriak ayah ku yang berhasil mengalah kan Professor Ghofrent.


Teriakan ayah tak membuat ibu ku bergeming, ia terus mengucapkan suatu mantra segel namun ketika berhasil tubuh ibu ku dan Lordeword, sang pengkhianat itu menghilang dengan sekejap.


"Tidak.... Laudya..." Teriak ayah ku, ia menangis melihat kejadian itu, sampai ia melupakan tentang keberadaan Professor Ghofrent. Professor Ghofrent sudah kabur tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.


"Maafkan aku Laudya, seharus nya aku menjadi lebih kuat dari mu..." Ucapan ayah terdengar sangat putus asa, aku menangis melihat nya yang begitu terpuruk.


Aku tak bisa melakukan apapun, aku hanyalah jiwa tanpa raga yang bisa membantu pertarungan itu di masa lalu.


"Benar apa yang di katakan Ergan, Jassfer. Kau harus bangkit demi anak-anak mu..." Tambah paman Asheta yang menggendong diri ku, ia menyerah kan bayi itu ke arah ayah.


"Maafkan ayah sayang...." Tangis nya masih terdengar begitu memilukan, sekarang aku tahu bagaimana kisah masa lalu yang benar-benar terjadi.


Mereka semua kembali masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang begitu memilukan, tatapan ku terhenti ketika melihat Albert dan Harley menangis dengan diam di sudut pintu ruangan.

__ADS_1


Mereka berdua berlari ke arah ayah dengan menangis terisak-isak, mereka memeluk ayah.


"Maafkan ayah sayang..." Ucap ayah ku yang masih menggendong diri ku.


"Albert, Harley... Sekarang ikut paman... Kita harus beristirahat..." Ucap Paman Asheta seraya menggendong Albert dan menggandeng tangan Harley ke arah pintu yang berseberangan.


"Paman, apakah ibu akan kembali?" Tanya Albert yang sudah berbaring di atas tempat tidur nya.


"Yakin lah, ibu kalian akan kembali suatu saat nanti... Kalian harus menjadi kuat ok..." Tutur paman Asheta menghibur mereka. Albert mengangguk.


Harley hanya terdiam, ia sudah berhenti menangis tapi tatapan nya terlihat begitu kosong. Dendam terlihat di raut wajah nya yang begitu putih seputih kertas itu, bibir nya memucat kemudian ia terbaring membelakangi Albert.


"Beristirahat lah... Paman akan pergi."


_


_

__ADS_1


_


❤️❤️❤️


__ADS_2