
__ADS_3
Ku tatap Edyn yang sedang membuka sesuatu, seperti sebuah kalung berwarna hitam dengan sebuah batu berwarna merah gelap sebagai liontin nya, ia memakai nya sebelum berbalik ke arah kami.
"Ini milik istriku..." Ungkapnya menyentuh liontin itu.
"Sangat indah..." Ucapku menatap kalung itu.
"Istri ku sangat menyukai batu berwarna merah, ia membuat nya sebelum tertangkap oleh mereka..." Ungkapnya dengan tatapan sendu.
Aku hanya menatapnya tanpa ingin berkata sesuatu, karena aku tidak mengerti apa yang harus ku katakan untuk menghibur nya.
"Pak rubah, boleh kah aku bertanya? Kenapa kau selalu membawa botol yang berisi cairan berwarna biru dan hijau?!" Ungkap Albert menatap botol itu.
Edyn mengalihkan pandangan matanya ke arah botol itu dan menyentuh nya...
"Ini?!" Iya menatap kami.
Kami hanya mengangguk.
"Hanya botol yang berisi cairan biasa..." Ungkapnya seraya pergi dari pandangan kami.
Aku hanya melihat Albert yang juga melihatku, ia mengangkat kedua bahunya.
"Entahlah..." Ungkapnya santai.
Ku langkahkan kaki ku menatap ke sebuah jendela kecil, ku coba mengarahkan pandangan mata ku melihat keluar.
__ADS_1
Aku bisa melihat keluar karena sekarang bulan lagi bersinar. Aku menatap sekeliling, saat ku perhatikan di bawah pohon besar aku melihat sebuah pergerakan yang membuat ku sedikit curiga.
Aku menatapnya dan menajamkan pandangan ku, aku bisa melihat sepasang mata sedang memperhatikan rumah Edyn.
"Siapa dia?!" Ungkapku bertanya kepada mereka berdua.
Dengan cepat Edyn melihat nya dari jendela sebelah ku. Ia panik dan menyuruhku untuk tidak melihat ke luar jendela lagi.
"Gawat.." Ungkap nya panik.
Aku hanya menatapnya kebingungan.
"Itu adalah bawahan Lordeword..." Ungkap Albert menebak isi pikiran Edyn.
Edyn berhenti dan mengangguk. Ia menatap kami dengan pandangan khawatir nya.
"Apa yang harus kita lakukan?!" Ungkapku ikut panik.
Ku tatap Edyn yang sedang mondar-mandir berpikir.
"Apa kita harus pergi sekarang?" Albert bertanya kepada Edyn.
Kemudian Edyn melihat ke luar jendela dan memperhatikan keadaan sekitar. Ia kembali dengan raut wajah kurang menyenangkan.
"Kita akan pergi malam ini..." Ungkapnya bergegas berjalan ke arah meja dekat perapian.
Apa yang dia lakukan?
__ADS_1
Dia menarik sebuah tali dan terlihat lah sebuah pintu yang terbuka, itu adalah lorong bawah tanah.
Ia menyuruh kami untuk memadamkan api, ku turuti perkataan nya tanpa berbicara. Kemudian ia menyuruhku untuk masuk ke dalam terlebih dahulu.
"Sekarang giliran mu Albert..." Ungkapnya seraya menyuruh Albert untuk segera masuk.
"Kau ikut kan?!" Ucap Albert memastikan sebelum masuk ke dalam.
Edyn mengangguk.
Albert menuruni tangga untuk masuk ke dalam dengan ku. Ku tatap Edyn yang sedang menaburkan cairan dari botol berwarna hijau yang selalu ia bawa.
Kemudian ia bergegas turun dan mengunci pintu itu dengan tali yang di ikatnya ke salah satu tiang penyangga.
"Minumlah ini..." Ungkapnya seraya menyuruh kami untuk membuka mulut.
Ia meneteskan satu tetes cairan berwarna biru ke dalam mulut kami. Rasanya sangat aneh, walau hanya satu tetes tapi berasa kami telah meminum satu tegukan.
"Apaan ini?!"Ucap Albert merasa risih dengan rasa nya.
"Cairan penghilang bau tubuh, agar kita tetap aman dari penciuman mereka..." Ungkapnya seraya berjalan mendahului kami.
Ku tatap lorong ini yang hanya penuh dengan tanah tanpa di tutupi oleh kayu. Bahkan penyangganya hanya beberapa saja. Aku tak bisa membayangkan jika terjadi gempa bumi.
Btw, di sini ada gempa bumi kah?
-
__ADS_1
-
"Janganlah pernah menyerah ketika anda masih mampu berusaha lagi. Tidak ada kata berakhir sampai anda berhenti mencoba."
__ADS_2